TEMPO.CO, Jakarta - Proyeksi inflasi yang melaju tinggi pada tahun ini akan semakin menggerus upah riil buruh, baik buruh tani maupun buruh bangunan.
Badan Pusat Statistik mencatat, pada Desember 2016, upah riil buruh tani mengalami penurunan 0,19 persen dan upah riil buruh bangunan tergerus lebih dalam sebesar 0,29 persen.
Kendati masing-masing upah nominal mengalami kenaikan, inflasi Desember 2016 di level 0,42 persen belum mampu mengkompensasi peningkatan upah sehingga upah riil menurun.
Perubahan upah riil menggambarkan perubahan daya beli pendapatan yang diterima buruh tani dan buruh informal perkotaan–keduanya termasuk kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Semakin tinggi upah riil menunjukkan semakin tinggi daya beli buruh atau sebaliknya.
Direktur Penelitian Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal memperkirakan inflasi sepanjang Januari 2017 dapat melaju di atas 0,6 persen atau lebih tinggi dari Desember 2016 sebesar 0,42 persen dengan pendorong terbesar dari administered price.
Menurutnya, proyeksi inflasi yang meningkat pada tahun ini berpeluang menggerus daya beli kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Pada Desember 2015, upah riil buruh tani terkontraksi 0,89 persen dan upah riil buruh bangunan menurun 0,88 persen dengan laju inflasi saat itu 0,96 persen.
“Sekarang yang terjadi pengalihan dari sektor pertanian ke buruh urban. Buruh tani nyambi ke kota, musim panen kembali lagi,” katanya di Jakarta, Rabu, 18 Januari 2017.
Upah buruh tani pada Desember 2016 mengalami kenaikan 0,23 persen dibanding November 2016 menjadi Rp 48.627 per hari. Upah buruh bangunan (tukang) yang mengalami kenaikan tipis 0,13 persen menjadi Rp 83.190 per hari.
Sebelumnya, Otoritas moneter mengestimasi laju inflasi pada pekan pertama Januari 2017 sebesar 0,74 persen (month-to-month) atau 3,26 persen (year-on-year). Inflasi tersebut lebih tinggi dari Desember 2016 sebesar 3,02 persen. Kenaikan biaya administrasi pengurusan surat-surat kendaraan bermotor berdampak ke inflasi sekitar 0,25 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengkhawatirkan akan terjadi perpindahan pekerjaan dari buruh tani menjadi buruh bangunan akibat minimnya upah yang diterima.
"Ke depan, kita perlu memperhatikan kesejahteraan buruh, baik pertanian dan bangunan," ucapnya.
Pada Oktober 2016, upah riil buruh tani dan buruh bangunan sempat meningkat masing-masing 0,24 persen dan 0,56 persen dengan tingkat inflasi 0,14 persen. Namun upah riil buruh kembali mengalami penurunan pada November 2016 akibat inflasi yang melaju di level 0,47 persen. Upah riil buruh tani dan bangunan turun 0,55 persen.