TEMPO.CO, New York - Nilai tukar (kurs) dolar Amerika Serikat jatuh terhadap mata uang utama lain pada perdagangan Selasa waktu New York atau Rabu waktu Indonesia, 18 Januari 2017. Sebab, para investor mempertimbangkan pernyataan-pernyataan Perdana Menteri Inggris Theresa May tentang rencana keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa (Brexit). Indeks dolar terhadap enam mata uang utama turun 0,83 persen menjadi 100,34 pada akhir perdagangan Selasa.
May menyatakan Inggris akan meninggalkan pasar tunggal Eropa, membatasi akses ke negara Uni Eropa, dan mengakhiri yurisdiksi Inggris dari Pengadilan Eropa (ECJ). Dia ingin Inggris tetap sebagai "sahabat dan tetangga" bagi Eropa, tapi juga menjangkau ke seluruh dunia sebagai negara perdagangan global hingga ke negara-negara seperti Cina, Brasil, dan negara-negara Teluk.
Baca: Net Sell Asing Perdagangan Hari Ini Capai Rp115,34 Miliar
“Pemerintah Inggris Raya akan membawa kesepakatan Brexit yang disetujui bersama Uni Eropa ke pemungutan suara di parlemen,” kata May, seperti dilansir Xinhua, Rabu, 18 Januari 2017.
Para analis menilai pidato May diperkirakan menjadi bencana, tapi ia telah berhasil mengelola harapan dan menyampaikan pidatonya dengan sangat baik. Nilai kurs pound sterling naik lebih dari 2 persen setelah pidato May karena dinilai agak menenangkan kecemasan para investor.
Selain itu, dolar Amerika di bawah tekanan akibat komentar Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang mengatakan dalam sebuah wawancara dengan The Wall Street Journal pada Jumat, 13 Januari 2017, mata uang Amerika telah "terlalu kuat."
Baca: Investor Wait and See, Indeks Saham Melemah
Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,0707 per dolar Amerika dari 1,0640 per dolar Amerika di sesi sebelumnya, dan pound sterling naik menjadi 1,2395 per dolar Amerika dari 1,2189 per dolar Amerika di sesi sebelumnya. Dolar Australia menguat ke 0,7562 per dolar Amerika dari sebelumnya 0,7496 per dolar Amerika.
ANTARA