TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah akan terus memonitor kondisi ekonomi global, terutama dari Amerika Serikat, meskipun belakangan terlihat kinerja ekspor membaik. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, kebijakan negara abang sam ini akan berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia, baik positif ataupun negatif.
"Kalau skenario positif, apakah akan mempengaruhi ekspor kita, apakah akan dalam bentuk pertumbuhan ekonomi yang kemudian menciptakan barang-barang yang diekspor oleh kita," tutur Sri Mulyani, saat ditemui di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Senin, 16 Januari 2017.
Pernyataan Sri Mulyani Indrawati mengomentari nilai ekspor yang naik 1,99 persen pada Desember dibanding November 2016 dan naik 15,57 persen dibanding Desember 2015. "Kami akan lihat dari sisi pertumbuhan ekonomi. Selalu selama ini orang melakukan skenario terhadap apa yang mungkin terjadi. Jadi, dalam hal menjaga APBN, pemerintah akan melihat skenarionya saja," katanya.
Sri Mulyani berujar, skenario yang paling positif pun akan memiliki implikasi bagi perekonomian dalam negeri. "Kalau ekonomi AS tumbuh tinggi dan kemudian menimbulkan risiko di sisi inflasi, akan ada risiko di sisi kebijakan moneter. Kami akan lihat seluruh risiko yang muncul dari berbagai macam sudut," ujarnya.
Mengenai kebijakan proteksionis yang akan dijalankan presiden AS Donald Trump, pemerintah akan mewaspadainya. "Yang kita harus siapkan adalah kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi karena semuanya bisa memberikan pengaruh positif dan negatif atau malah bisa saja saling memperkuat," kata Sri Mulyani.
Badan Pusat Statistik mencatat, nilai ekspor pada Desember 2016 mencapai US$ 13,77 miliar atau naik 1,99 persen dibandingkan November 2016. Jika dibandingkan Desember 2015, ekspor meningkat 15,57 persen. Adapun sepanjang 2016, nilai ekspor yang mencapai US$ 144,43 miliar turun 3,95 persen dibandingkan Januari-Desember 2015.
ANGELINA ANJAR SAWITRI