TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik mencatat, pada periode Januari hingga Desember 2016, nilai ekspor Indonesia dari sektor non migas pertanian mengalami penurunan sebesar 7,8 persen. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pada Januari hingga Desember 2016 nilai ekspor pertanian mencapai US$ 3,43 miliar, turun dari periode yang sama pada 2015 sebesar US$ 3,72 miliar.
Baca: Pemerintah Tetapkan HET Gula Rp 12.500 per Kilogram
Menurut Suhariyanto, jika ditelusuri lebih dalam, ada beberapa komoditas pertanian yang mengalami penurunan. Yakni ekspor kopi, tanaman obat, lada hitam, lada putih, biji kakao, rumput laut, ikan segar, dan beberapa komoditas lainnya.
"Itulah yang menyebabkan ekspor dari pertanian mengalami penurunan," ujar Suhariyanto dalam konferensi pers di Badan Pusat Statistik, Senin, 16 Januari 2017.
Penurunan juga terjadi pada sektor pertambangan dan lainnya yakni sebesar 6,75 persen dibandingkan periode sama tahun 2015 dari US$ 19,46 miliar menjadi US$ 18,14 miliar. Sebaliknya, sektor dari industri pengolahan naik tipis 1,07 persen dari menjadi US$ 108,60 miliar menjadi US$ 109,76 miliar.
Dilihat dari kontribusinya terhadap ekspor keseluruhan Januari hingga Desember 2016, kontribusi ekspor non migas produksi pengolahan menyumbang 76,6 persen, ekspor produk pertanian 2,38 persen. Kontribusi ekspor produk pertambangan dan lainnya adalah 12,56 persen, dan kontribusi ekspor migas sebesar 9,06 persen.
Simak: Sri Mulyani Ajak Pemuka Agama Ikut Sosialisasi Tax Amnesty
"Ke depan kita harus berupaya supaya ekspor dari sektor pertanian itu bisa lebih tinggi, dilakukan pengolahan, sehingga bisa memberikan nilai tambah dan berpengaruh kepada industri lainnya," ucap Suhariyanto.
DESTRIANITA