TEMPO.CO, Jakarta - Nilai impor Indonesia pada Desember 2016 mencapai US$ 12,78 miliar. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar US$ 110,9 juta (0,88 persen) dibandingkan November 2016 sebesar US$ 12,66 miliar (MoM).
Dibandingkan periode sama 2015, nilai impor di Desember 2016naik 5,88 persen menjadi US$ 12,07 miliar. Meski demikian, secara kumulatif tahunan, dari Januari hingga Desember 2016, total nilai impor Indonesia mengalami penurunan 4,94 persen menjadi US$ 135,65 miliar dibandingkan periode yang sama pada 2015 sebesar US$ 142,69 miliar.
Baca: Menteri Jonan: Freeport Sepakat Akhiri Kontrak Karya
"Penurunan terjadi pada impor migas dan non migas masing-masing US$ 5,8 miliar atau 23,92 persen dan US$ 1,15 miliar atau 0,98 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto dalam konferensi pers BPS pada Senin, 16 Januari 2017.
Suhariyanto menambahkan, penurunan impor migas disebabkan oleh turunnya komponen migas, yaitu minyak mentah US$ 1,33 miliar atau 16,53 persen, hasil minyak sebesar US$ 4,2 miliar atau 28,97 persen, dan gas US$ 344 juta atau 17,09 persen. Selama tiga belas bulan terakhir, nilai impor migas tertinggi tercatat pada Desember 2015 dengan nilai mencapai US$ 1,79 miliar, dan terendah, terjadi apada Februari 2016 yaitu US$ 1,12 miliar.
Sementara itu, sepanjang 2016, nilai impor non migas tertinggi terjadi di Desember 2016 yaitu US$ 11,09 miliar dan terendah terjadi pada Juli 2016 dengan nilai US$ 7,51 miliar.
Simak: Ini yang Pro dan Kontra soal Kenaikan Harga BBM
Peningkatan impor non migas terbesar di 2016 adalah golongan perhiasan/permata sebesar US$ 101,juta. Sedangkan penurunan terbesar adalah sektor golongan mesin dan peralatan listrik sebesar US$ 112 juta atau turun 7,07 persen.
DESTRIANITA