TEMPO.CO, Balikpapan - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) wilayah Kalimantan belum merevisi kebijakan penolakan pemberikan kredit sektor pertambangan batubara untuk tahun ini. Wakil Presiden BNI Wilayah Kalimantan, Muhammad Jufri, mengatakan sektor ini dianggap sebagai industri yang memiliki resiko tinggi.
“Kami tidak memberikan kredit pertambangan batubara tahun ini,” katanya, di Balikpapan, Sabtu, 14 Januari 2017.
Menurut Jufri, harga jual batubara cenderung tidak stabil dan tergantung produksi pasar dunia. Harga batubara bisa mendadak melambung tinggi dan selanjutnya turun drastis.
Baca : Per Awal Januari, Aksi Jual Pemodal Asing Capai Rp 1,15 T
“Bank-bank lain yang melayani kredit bagi industri pertambangan. Kami hanya memberikan kredit sektor jasa distribusi pertambangan dan main powernya,” paparnya.
BNI masih fokus dalam pengucuran kredit sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM). Selama 2016 lalu, Jufri mengaku menyalurkan kredit UMKM di wilayah Kalimantan sebesar Rp 1,4 triliun. Sektor industri menengah atas Kalimantan memperoleh porsi kredit komersial sebesar Rp 700 miliar. BNI secara keseluruhan menyalurkan total kredit mencapai Rp 3 triliun di Kalimantan.
“Sisanya kredit konsumsi masyarakat Kalimantan sebesar Rp 800 miliar,” ungkapnya.
Jufri menyebutkan tingkat kredit macet (non performing loan/NPL) BNI Kalimantan di bawah angka 2 persen. Menurut dia angka ini relatif rendah dibandingkan NPL bank lain yang menyentuh angka 2 -3 persen.
“Terbilang masih rendah saat kondisi ekonomi sedang lesu,” ujarnya.
Baca : OJK Akan Bentuk Lembaga Keuangan Syariah Baru di Pasar Modal
Memasuki Tahun 2017 ini, Jufri menyatakan BNI akan meningkatkan penyaluran kredit mencapai Rp 4 triliun atau naik 30 persen dibandingkan tahun lalu. Sektor UMKM masih menjadi primadona pemberian kredit sebesar 50 persen dari total penyalurannya.
Jufri menilai sektor UMKM terbukti memiliki ketahanan menghadapi kelesuan perekonomian global saat ini. Di Indonesia terdapat 66 juta pelaku sektor UMKM potensial.
“Data kami di Banjar Baru, Kalimantan Selatan saja terdapat 10 ribu pelaku UMKM yang potensial sebagai nasabah kredit BNI,” paparnya.
Karena itu, Jufri bahkan berencana membangun 17 outlet baru kantor BNI di area blank spot Kalimantan. Saat ini, BNI memiliki sebanyak 130 outlet yang tersebar di seluruh Kalimantan.
Kantor Cabang Utama BNI berwenang memberikan kredit hingga mencapai Rp 15 miliar. BNI membuka kantor cabang utama di Tanjung Selor, Provinsi Kalimantan Utara. “Wilayah ini memiliki pelaku usaha potensial sektor UMKM,” ungkapnya.
SG WIBISONO (BALIKPAPAN)