TEMPO.CO, Jakarta - Memasuki minggu kedua perdagangan di 2017, rata-rata nilai transaksi di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai Rp 5,25 triliun. Jumlah tersebut baru sekitar 65,6 persen dari target rata-rata transaksi harian yang ditetapkan BEI tahun ini yakni Rp 8 triliun.
Menurut Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat, masih minimnya nilai transaksi di awal tahun merupakan hal yang wajar. Karena beberapa pelaku pasar, terutama investor institusi sedang mengamati bagaimana tren pergerakan indeks dan sentimen yang mempengaruhi di 2017.
Baca : Risiko Geopolitik Kawasan Jadi Sentimen Negatif IHSG
"Ini kan baru tujuh hari. Nah kita tunggu sampai akhir bulan ini. Mudah-mudahan terjadi peningkatan transaksi di Bursa Efek," ujar Samsul Hidayat di Bursa Efek Indonesia, Rabu, 11 Januari 2017.
Pada September tahun lalu, BEI menurunkan target rata-rata transaksi harian perdagangan efek dari Rp 7 triliun menjadi Rp 6,5 triliun. Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan Anggota Bursa Hamdi Hassyarbaini mengatakan, revisi tersebut dilakukan karena kondisi pasar pada semester I 2016 kurang bergairah, sehingga membuat target awal tidak realistis.
“Transaksi pasar secara year to date, rata-rata nilai transaksinya di bawah Rp 6,5 triliun per hari. Jadi nggak realistis kalau kami tetap berpatokan di angka Rp 7 triliun,” ujar Hamdi pada medio September 2016, lalu.
Baca : Ketegangan Global Meningkat, IHSG Ditutup di Zona Merah
Menurut Hamdi, saat itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi Bursa Efek membuat keputusan untuk menurunkan target nilai transaksi harian, karena kondisi pasar tidak sepenuhnya dikendalikan oleh bursa.
Termasuk beberapa sektor yang diperdagangkan di bursa seperti keuangan, infrastruktur, konsumer, dan lain-lain, ikut mempengaruhi jumlah nilai transaksi bursa.
Namun akhirnya di akhir tahun kemarin BEI berhasil melampaui target revisi nilai transaksi sebesar Rp 7,49 triliun, atau mengalami peningkatan 30,03 persen dibandingkan dengan 2015. Menurut Samsul, kenaikan rata-rata transaksi itu berkat crossing saham salah satu emiten, yakni BCA, sehingga memberikan kontribusi besar untuk peningkatan nilai transaksi.
"Kalau nggak salah, per hari ini rata-rata nilai transaksinya itu sekitar Rp 5,25 triliun. Jadi kalau 2016 itu Rp 7,49 triliun dengan dibantu crossing salah satu emiten. Angka regulernya kan sebenarnya cuma Rp 6,7 triliun," kata Samsul.
Untuk saat ini, menurut Samsul, beberapa sentimen yang menjadi perhatian investor antara lain kebijakan dari pemerintahan Amerika Serikat dan fluktuasi pergerakan harga minyak yang belakangan cukup signifikan.
"Beberapa harga komoditi terjadi penguatan signifikan di 2016, dan terjadi penurunan kembali sebagian kecil di awal 2017. Kami kira sebagian investor institusi masih menunggu dan melihat bagaimana trennya di 2017," ucap Samsul.
DESTRIANITA