TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menuturkan, berdasarkan keterangan dari Kementerian Pertanian, sebenarnya terjadi surplus untuk cabai merah kriting dan cabai rawit hijau. Namun memang untuk cabai merah rawit terjadi penurunan produksi, kata dia, karena pengaruh hujan menyebabkan proses pembusukan cabai semakin cepat.
"Kami meminta penjelasan dari Kementerian Pertanian, cabe rawit merah ada penurunan produksi di berbagai daerah karena busuknya cukup banyak, sehingga mau kalau dibilang memang gagal panen," ucap Enggartiasto Lukita di Kementerian Perdagangan, Senin, 9 Januari 2017.
Ada berbagai faktor berantai yang menjadi penyebab melambungnya harga cabai. Enggar menyebut, faktor iklim merupakan pangkal utama penyebab harga cabai merah menjadi mahal. Karena menyebabkan cabai yang harusnya bisa tepat waktu dipanen setelah beberapa bulan ditanam, namun membusuk sebelum masa panen tiba.
"Semua diakibatkan hanya satu alasan yaitu iklim. Kami cek ke lapangan dan pengalaman juga. Pada waktu hujan kemudian dipetik, dan dipaksakan petik maka proses pembusukan semakin cepat," kata dia.
Enggar menambahkan, iklim memburuk itu kemudian diperparah dengan adanya pendistribusian yang lambat karena melewati medan yang buruk. Seperti misalnya jalur transportasi darat, dari produsen cabai hingga ke kota-kota besar atau ke pasar.
"Keterlambatan akibat transportasi maupun hujan berkepanjangan seperti itu membuat cabai semakin cepat membusuk," ucap Enggar.
DESTRIANITA