TEMPO.CO, Jakarta - Laju inflasi Sumatra Utara pada kuartal I/2017 diproyeksi akan mendapatkan tekanan akibat kenaikan harga bahan bakar khusus dan pencabutan subsidi tarif listrik bagi pelanggan R1 900 VA.
Ekonom IAIN Sumut Gunawan Benjamin memprediksi rentang inflasi kumulatif akan mencapai 1,3-1,8%. Dia menjelaskan, andil laju inflasi kenaikan harga BBK di Sumut berada pada kisaran 0,01-0,02%. Pemprov Sumut bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) harus mengantisipasi pemanfaatan momen kenaikan harga BBK tersebut dengan peningkatan harga bahan pangan pokok di pasar.
“Andilnya sebenarnya cukup kecil, selama bukan Premium dan Solar yang naik harganya. Kalau BBM tersebut yang naik, maka andilnya akan besar, 0,3-0,4%. Pemerintah harus waspada jangan sampai ada isu kenaikan BBK lalu harga-harga yang lain ikut naik,” papar Gunawan, Kamis (5 Januari 2017).
Lebih lanjut, dia mengemukakan, untuk pencabutan subsidi tarif listrik pelanggan R1 900 VA akan berandil 0,17% terhadap inflasi. Gunawan memperkirakan, yang paling banyak terdampak akibat pencabutan subsidi tersebut adalah para pelaku UMKM.
“Untuk bulan ini saja, saya memperkirakan tekanan-tekanan tersebut akan berdampak terhadap inflasi 0,7%-0,8%. Harga bahan pangan pokok di Sumut saja belum pulih. Cabai merah kembali naik menjadi Rp100.000 per kg pada hari ini,” tambah Gunawan yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Pemantau Harga Bahan Pangan Sumut.
Dia meminta TPID Sumut segera mengendalikan rantai distribusi bahan pangan dan mengantisipasi kenaikan dengan operasi pasar.
Pada tahun ini, Gunawan menilai inflasi di Sumut akan lebih sulit dikendalikan. Beberapa faktor pemicu di antaranya tren kenaikan harga minyak mentah dunia, pencabutan subsidi tarif listrik, dan kenaikan biaya pengurusan STNK serta BPKB.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia WIlayah Sumut Difi A. Johansyah dalam Kajian Ekonomi Regional November 2016 telah memperkirakan, kendati tekanan dari laju kenaikan harga bahan pangan mulai mereda pada kuartal I/2016, inflasi Sumut akan terpengaruh besar dari administered prices.
“Pada awal tahun ini, kondisi cuaca di Sumut akan kembali normal. Kami berharap aktivitas produksi dan distribusi pada kuartal I/2017 juga bisa berkontribusi menurunkan tekanan inflasi. Pemerintah juga terus didorong untuk menjaga distribusi. Tapi tekanan dari administered prices akan meningkat,” ucap Difi.
Dia mengatakan, potensi penyesuaian harga minyak dunia pada awal tahun ini perlu diwaspadai. Pasalnya kenaikan harga minyak dunia sejak April hingga November 2016 telah mencapai 14,1%.
Begitu pula dari pencabutan subsidi tarif listrik. BI Sumut memproyeksi rentang laju inflasi pada kuartal I/2017 year on year 3,5% plus minus 1%. Perkiraan ini di bawah realisasi kuartal I/2016 7,2% yoy.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut mencatat, laju inflasi tahunan pada 2016 mencapai 6,34%.
BISNIS.COM