TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan baru membangun 725 kapal perikanan untuk nelayan berukuran 5-30 gross tonnage (GT) melalui 60 galangan nasional, dengan 170 koperasi penerima telah tervalidasi. Jumlah tersebut masih jauh dari target yang ditetapkan Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun lalu, yakni 1.322 unit kapal. Artinya, baru 54,84 persen unit yang terbangun. Adapun realisasinya baru 81 kapal yang didistribusikan ke nelayan dan 125 kapal siap dikirimkan.
Baca: Cuaca Buruk, Nelayan Muara Gembong Beralih Jadi Pemulung
"Kalau masih ada yang belum dapat atau masih ada kapal yang kurang, ini akan kami kejar dalam 2017 ini, sehingga bisa terpenuhi targetnya,” ujar pelaksana tugas Direktur Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) Kementerian Kelautan dan Perikanan Zulficar di kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kamis, 5 Januari 2017.
Zulficar beralasan tak tercapainya target karena proses pengadaan kapal tersebut dilakukan melalui Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dengan menggunakan sistem e-katalog, sehingga pengadaannya lebih ketat.
Baca: Menit-menit Menegangkan Saat Kapal Zahro Express Terbakar
Adapun pengadaan kapal ini dilakukan melalui 48 galangan nasional dengan 170 koperasi penerima yang telah tervalidasi, dengan 25 desain kapal. "Prosesnya ketat karena kami memakai e-katalog yang lebih transparan, sehingga yang terbangun 2016 ini 725 kapal. Kalau dibanding target, ini tidak tercapai. Tapi sejarah di Indonesia, ini sejarah yang besar membangun 725 kapal,” ucap Zulficar.
Baca: KKP Serap 96,9 Persen Anggaran Tahun Ini
Sebanyak 725 kapal yang telah dibangun tersebut memiliki ukuran yang berbeda, antara lain terdiri atas 396 unit dengan ukuran di bawah 5 GT, 133 unit ukuran 5 GT, 134 unit ukuran 10 GT, 44 unit ukuran 20 GT, dan 18 unit ukuran 30 GT.
Direktur Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan Minhadi Noersjamsu menambahkan, 725 kapal yang sudah dibangun itu menghabiskan total anggaran mencapai Rp 400 miliar.
Baca: Kapal Sawit Tenggelam Dihantam Gelombang Tinggi
Dia mengatakan belum tersalurnya semua bantuan kapal karena adanya faktor teknis, seperti kemampuan pendanaan galangan kapal yang minim, sumber daya manusia yang terbatas, dan faktor cuaca.
“Kemarin itu banyak permasalahannya. Dari modal, SDM, material bangunan, sampai cuaca," kata Minhadi.
DESTRIANITA