TEMPO.CO, Jakarta - Badan Karantina Pertanian memperketat pengawasan di pintu-pintu masuk dan keluar di seluruh wilayah Indonesia. Kepala Badan Karantina Pertanian, Banun Harpini mengatakan, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi merebaknya wabah flu burung H5N7 dari Cina ke Indonesia.
Berdasarkan informasi resmi dari Otoritas Kesehatan Pemerintah Republik Rakyat Cina, wabah flu burung tengah melanda Cina. Ada 7 orang terjangkit virus ini, dengan dua di antaranya meninggal dunia. Ribuan unggas telah dimusnahkan untuk mengantisipasi merebaknya flu burung di Cina hingga 8 Desember 2016.
Baca : Hati-hati Flu Burung Mengintai pada 2017
"Sehingga dapat dipastikan tidak adanya unggas atau produk unggas dari Cina dapat masuk ke wilayah Indonesia," ujar Banun Harpini usai Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian 2017 di hotel Bidakara, Jakarta, Rabu, 4 Januari 2017.
Selain itu, Banun berujar, dalam kaitan dengan upaya pencegahan terjangkitnya kembali flu burung di Indonesia, pada 28 Desember 2016 telah dilakukan pelarangan impor anak ayam dan produk unggas ke Indonesia dari 7 negara. Ketujuh negara itu antara lain Belanda, Jepang, India, Perancis, Finlandia, Rumania dan Swedia. "Pelarangan ini dilakukan berdasarkan informasi dari Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) terkait wabah flu burung yang terjadi di 7 negara tersebut," kata dia.
Baca : Pemerintah Larang Impor Anak Ayam
Menurutnya, pengawasan antar area atau pulau di wilayah Indonesia juga menjadi salah satu kebijakan pertanian untuk mendorong sentra unggas di provinsi bebas flu burung menjadi sumber produk unggas yang dapat diekspor. "Perbaikan sarana dan fasilitas di seluruh pos lintas batas negara yang tengah digalakan pemerintah di akhir tahun 2016 juga menjadi pembuka peluang ekspor produk peternakan ke negara tetangga, seperti Papua Nugini dan Timor Leste," kata Banun.
Baca : PT Terminal Petikemas Operasikan Fasilitas Karantina Online
Banun mengatakan, pada tahun 2016 tercatat 450,128 ton telur ayam tetas berhasil menembus pasar negara Myanmar dan 19,399 ton sarang walet atau setara dengan US$ 7,5 miliar masuk ke negara Tiongkok. Sementara ekspor ayam beku Indonesia juga telah mendapat persetujuan khususnya standar SPS dari negara Jepang dan Korea Selatan.
Selama 10 tahun terakhir yaitu 2005-2014, Kasus flu burung di Indonesia cenderung menurun baik pada hewan maupun manusia. Menurut Banun, hal ini sejalan dengan penanggulangan penyakit flu burung oleh antar instansi yang berjalan dengan baik. Ini terbukti dengan meningkatnya kepercayaan negara mitra dagang terhadap produk peternakan dan berdampak positif terhadap peningkatan neraca perdagangan komoditas peternakan.
"Kasus flu burung di Indonesia menurun dan hanya pada berfokus pada peternakan rakyat, sedangkan perusahaan besar yang telah menerapkan sistem kompartemen tidak ditemukan kasus baru," tutur Banun.
RICHARD ANDIKA | ALI HIDAYAT