TEMPO.CO, Jakarta - Analis senior dari Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, mengungkapkan, dari sisi sentimen, beberapa faktor akan mempengaruhi laju pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) sepanjang tahun ini.
Sentimen utama datang dari langkah pemerintah untuk menerapkan program pengampunan pajak (tax amnesty). Kebijakan itu memberikan sentimen positif pada pasar meski pada awalnya pelaku pasar ragu apakah target tax amnesty akan tercapai atau tidak.
“Tentu sentimen seperti tax amnesty dan realisasi atas kebijakan pemerintah masih diperlukan untuk mendukung penguatan pasar saham dan juga nilai tukar rupiah,” ujar Reza dalam hasil risetnya, Selasa, 3 Januari 2017.
Baca juga: Dibuka Jusuf Kalla, IHSG Melemah 0,1 Persen
Menurut Reza, berlanjutnya pembangunan infrastruktur oleh pemerintah dan realisasi beberapa paket kebijakan juga turut mempengaruhi laju IHSG. Pelaku pasar membutuhkan kepastian akan perbaikan kondisi ekonomi Indonesia yang ditunjukkan oleh stabilnya nilai inflasi.
Realisasi konkret atas kebijakan yang sudah direncanakan, perbaikan infrastruktur, kinerja ekspor dan impor untuk mengurangi angka defisit perdagangan dan pembayaran serta perbaikan produk domestik bruto (PDB) hingga kualitas hidup masyarakat untuk mendukung peningkatan PDB.
“Peningkatan investasi di dalam negeri secara riil juga turut diperlukan untuk meningkatkan PDB serta memperbaiki kondisi ekonomi Indonesia,” tutur Reza.
Dari luar negeri, sentimen masih akan dipengaruhi imbas dari presiden terpilih Amerika Serikat, Donald J. Trump. Terutama setelah Trump dilantik dan membentuk kabinetnya.
Berita terkait: IHSG Tahun Ini Diprediksi Bisa Tembus 5.700-6.000
Meski akan menjadi perhatian pasar, Reza mengimbau pelaku pasar untuk tidak terlalu khawatir berlebihan, apalagi sampai menganggap dana-dana asing akan hengkang dari Indonesia. Sebab jika benar-benar hengkang, likuiditas pasar saham dan surat utang negara (SUN) pasti sudah kering. Namun, kondisi tersebut tidak terjadi.
Pada penutupan perdagangan akhir 2016, IHSG berada di level 5.296 atau melemah tipis 0,11 persen secara harian. Secara bulanan IHSG naik 2,87 persen dan secara tahunan naik 15,32 persen. Sepanjang 2016, sektor-sektor yang menopang penguatan IHSG ialah sektor pertambangan yang naik 70,73 persen; industri dasar menguat 31,96 persen; aneka industri naik 29,64 persen; dan sektor keuangan meningkat 18,17 persen. “Meski sektor lainnya juga mengalami kenaikan,” ucap Reza.
Pada sesi I perdagangan hari ini, 3 Januari, IHSG menurun 0,6 persen menjadi 5.264. Jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 3,26 miliar saham senilai Rp 1,96 triliun termasuk transaksi di pasar nonreguler Rp 603 miliar. Investor asing mencatatkan jual bersih (nett sell) Rp 87 miliar. Tercatat 120 saham naik, 150 saham menurun dan 105 saham tidak berubah. Hari ini perdagangan bursa secara resmi dibuka oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Berita terkait: Wapres Minta Investor Tidak Terlalu Khawatir Efek Trump
Ekonom dari PT Samuel Asset Management, Lana Soelistianingsih, sebelumnya pesimistis perolehan dana tebusan dari program amnesti pajak periode ketiga bisa melambung. Sebab, hasil statistik amnesti pajak pada periode pertama dan kedua menunjukkan tingkat penurunan jumlah peserta sekaligus jumlah harta yang diungkap oleh wajib pajak. Apalagi, tarif tebusan periode terakhir ini jauh lebih tinggi.
"Semua wajib pajak mengejar tarif murah pada tahap pertama. Itu pun sangat terbantu oleh deklarasi dalam negeri," ucap Lana ketika dihubungi, Senin, 2 Januari 2017.
Baca juga: Ini Penyebab Amnesti Pajak Periode III Bakal Seret
Direktorat Jenderal Pajak mencatat, sepanjang periode pertama program ini, ada 393.358 wajib pajak peserta amnesti, dengan 398.727 surat penyertaan harta. Pada periode kedua, jumlah itu menurun menjadi 239.296 wajib pajak dan 271.671 surat penyertaan harta.
DESTRIANITA | PUTRI ADITYOWATI | ABDUL MALIK