TEMPO.CO, Jakarta - PT Bukit Asam (Persero) Tbk berencana menerbitkan surat utang global senilai US$ 2,5 miliar pada tahun depan. Pendanaan dari surat utang bakal digunakan untuk memenuhi porsi ekuitas proyek pembangkit listrik.
Achmad Sudarto, Direktur Keuangan Bukit Asam, mengatakan Perseroan memiliki rencana proyek atau pipeline pembangkit listrik dengan total kapasitas mencapai 6.000 megawatt (MW). "Kalau semua proyek on schedule tahun depan, kami membutuhkan US$ 2,5 miliar," katanya di Jakarta, Kamis, 29 Desember 2016.
Menurut Achmad, biaya dana atau cost of fund pendanaan dari surat utang lebih rendah ketimbang Perseroan menggunakan kas internal. Adapun hingga tahun berjalan, Perseroan masih memiliki kas dan setara sekitar Rp5 triliun.
Hingga saat ini, emiten bersandi saham PTBA itu telah mengoperasikan tiga pembangkit listrik yang seluruhnya berlokasi di Sumatra Selatan. Ketiga pembangkit itu memiliki total daya 266 megawatt.
Di samping itu, saat ini PTBA memiliki lima pipeline yang tengah dalam proses tender dan kerja sama operasi. Proyek pembangkit listrik Bangko Tengah atau Sumsel 8 merupakan proyek pembangkit setrum PTBA paling besar berdaya 2x620.
Achmad mengatakan saat ini Perseroan tengah menunggu perubahan perjanjian jual-beli listrik atau power purchase agreement dengan PT PLN (Persero). Dia menekankan, proyek Sumsel 8 sudah tidak memiliki kendala karena aspek lahan dan pendanaan sudah siap.
"Sumsel 8 enggak ada issue lagi. Tinggal adendum PPA saja sudah bisa jalan. Itu akan diubah peruntukannya dari (listrik untuk) Jawa menjadi ke Sumatera," ujarnya.
Selain Sumsel 8, proyek-proyek yang masuk pipeline PTBA antara lain PLTU Sumsel 9&10 (3x600 MW), PLTU Peranap, Riau (3x600 MW), PLTU Kuala Tanjung (2x350), dan PLTU Halmahera Timur (2x40 MW).