TEMPO.CO, Jakarta - Self Regulatory Organization (SRO), yakni PT Bursa Efek Indonesia (BEI), bekerja sama dengan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) resmi mendirikan satu perusahaan pendanaan sekuritas (securities financing) PT Pendanaan Sekuritas Indonesia (PSI).
Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan perusahaan pendanaan ini diharapkan dapat mengoptimalkan transaksi dari 180 ribu investor aktif yang setiap harinya bertransaksi di BEI.
Menurut Tito, pendirian perusahaan PSI secara prinsip merupakan bagian dalam memperkuat permodalan para broker. Hanya anggota bursa (AB) yang memiliki modal kerja bersih disesuaikan (MKBD) di atas Rp 250 miliar, yang dapat memperoleh pinjaman dari securities finance ini. Nantinya PSI akan beroperasi di bawah pengawasan BEI, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI).
“Artinya gini, margin sekarang ini hanya 45 saham, LQ 45. dengan persetujuan OJK, kami sudah siap merelaksasi, sehingga nanti akan ada sekitar 200 perusahaan yang bisa ikut dalam pendanaan margin. Tapi itu hanya diberikan kepada sekuritas yang MKBD-nya naik 10 kali lipat, yaitu Rp 250 miliar,” ujar Tito Sulistio di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa, 27 Desember 2016.
Selain itu, keberadaan PSI diharapkan akan semakin meningkatkan likuiditas perdagangan di BEI. Saat ini transaksi saham rata-rata per hari di BEI telah mencapai lebih dari 300 ribu kali.
Menurut Tito, peningkatan kinerja itu juga dikombinasikan dengan jumlah Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE), dari yang saat ini sebanyak 2.700 broker diharapkan bisa meningkat dua kali lipat menjadi 5.400 broker pada tahun depan. “Bayangkan kalau perusahaan brokernya (perusahaan sekuritas) dikasih margin, mereka bisa bertransaksi lebih banyak dari uang itu. Kami bayangkan transaksi naik 25 persen per hari,” ucapnya.
Adapun sumber modal pendanaan PSI berasal dari tiap-tiap uang kas perseroan yang tergabung dalam SRO, yakni BEI, KSEI, dan KPEI. “Ini untuk mendanai transaksi margin bagi perusahaan sekuritas anggota bursa (AB) yang MKBD-nya di atas Rp 250 miliar, yang nantinya bisa mendanai transaksi margin untuk lebih dari 200 perusahaan listed,” kata Tito.
Tito menjelaskan, saat ini baru sekitar 30 perusahaan sekuritas yang baru bergabung di bawah perusahaan securities financing dengan MKBD di atas Rp 250 miliar. Bursa Efek sendiri optimistis memperkirakan minimum akan ada 40 perusahaan sekuritas yang akan bergabung di bawah PSI.
Tito menambahkan, OJK secara informal sudah memberikan lampu hijau izin operasi PSI di kuartal pertama 2017. “Kami kan minta approval beliau, minta persetujuan. Kalau persetujuan principal untuk PT yang berdiri sudah, karena hari ini sudah kita dirikan,” kata Tito.
Sebelumnya, melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Bursa Efek Indonesia untuk 2017, mereka menargetkan rata-rata nilai transaksi tahunan (RNTH) tahun depan mencapai Rp 8 triliun. Target ini meningkat 21,21 persen daripada transaksi tahun ini, yang sebesar Rp 6,6 triliun.
Untuk mengejar target tersebut, BEI berencana membentuk badan hukum perseroan terbatas yang mengurusi securities financing, yakni PT Pendanaan Sekuritas Indonesia. Direktur Penilaian BEI Samsul Hidayat mengatakan pendirian PT untuk lembaga pendanaan ini telah memperoleh izin prinsip dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
”Kami akan bentuk PT-nya, bisnis model, rencana kerjanya. Semester dua tahun depan secara operasi semoga sudah mulai berjalan. Kami ingin cepat karena mengejar target transaksi Rp 8 triliun,” ujar Samsul Hidayat di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 20 Oktober 2016.
DESTRIANITA