TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak mentah mendingin akibat meningkatnya stok mingguan di Amerika Serikat, sehingga menaikkan proyeksi surplus pasokan di pasar.
Pada perdagangan Kamis (22 Desember 2016) pukul 17:19 WIB harga minyak WTI kontrak Februari 2017 berada di posisi US$52,4 per barel, turun 0,09 poin atau 0,17%. Sementara minyak Brent kontrak Februari 2017 bertengger di US$54,36 per barel, merosot 0,1 poin atau 0,18%.
Data US Energy Information Administration (EIA) yang dirilis Rabu (21 Desember 2016) menunjukkan stok minyak mentah AS per Jumat (16 Desember 2016) naik 2,26 juta barel menuju 485,45 juta barel, setelah 4 minggu berturut-turut mengalami penurunan. Sementara tingkat produksi meningkat sebesar 10.000 barel per hari menjadi 8,78 juta barel per hari.
Dalam laporannya, EIA menyebutkan rerata produksi minyak AS pada 2016 menjadi 8,86 juta barel per hari, dibandingkan outlook periode November sebesar 8,84 juta barel per hari. Sementara pada 2017, proyeksi dinaikkan menuju 8,78 juta barel per hari dari sebelumnya 8,73 juta barel per hari.
Dari sisi nilai jual, rerata harga minyak Brent pada 2016 ialah US$43,46 per barel dan 2017 sebesar US$51,66 per barel. Adapun harga WTI tahun ini US$43,07 per barel dan 2017 senilai US$50,66 per barel.
Chris Weston, chief market strategist IG Ltd di Melbourne, mengatakan saat ini pasar berfokus pada tingkat suplai dan permintaan. Sentimen dari sisi suplai telah terjadi tarik-menarik antara penambahan produksi AS dan pemotongan oleh OPEC.
"Pasar terlihat cukup nyaman dengan harga saat ini setelah mengalami reli yang bagus," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (22 Desember 2016).
Dengan implementasi pemangkasan produksi antara OPEC dan 11 negara nonanggota termasuk Rusia serta Meksiko pada awal Januari 2017, maka peluang harga minyak kembali memanas masih sangat terbuka.