TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan pertumbuhan kredit akan menjadi tantangan perekonomian Indonesia tahun depan. Sementara dari sisi pemerintahan, penyerapan anggaran akan kembali menjadi perhatian.
Pertumbuhan kredit hingga saat ini, menurut Bambang, masih di bawah 10 persen. Pertumbuhan kredit yang rendah akan memicu kenaikan rasio kredit macet (NPL).
Bambang menilai NPL saat ini masih belum membahayakan. Namun risikonya perlu tetap diwaspadai karena akan menahan ekspansi perusahaan. "Investasi swasta bisa menurun dan berdampak kepada melemahnya pertumbuhan ekonomi," kata dia di Ritz Carlton, Jakarta, Kamis, 15 Desember 2016. Berdasarkan hitungannya, kredit yang turun akan membuat pertumbuhan ekonomi bergerak -0,34 persen dari proyeksi yang ditetapkan yaitu 5,1-5,3 persen.
Baca: Indonesia Diminta Lebih Waspadai Cina ketimbang Amerika
Bambang menambahkan sektor swasta harus dibantu kembali ke ritmenya yaitu perbaikan NPL. "Kredit harus kembali tumbuh di atas 10 persen." Caranya ialah dengan menurunkan suku bunga. Perusahaan juga perlu mengadakan efisiensi tanpa merusak kinerja secara korporasi. Sementara pemerintah perlu menjaga agar inflasi tak melonjak.
Tantangan lain yang akan dihadapi pemerintah ialah penyerapan anggaran. Bambang mengatakan penyerapan yang merata akan mendorong pertumbuhan ekonomi. "PDB bisa lebih rendah dari yang kita harapkan jika tak bisa merata," kata dia.
Jika penyerapan menumpuk di triwulan II, pertumbuhan bisa berkurang -0,15 persen dari proyeksi pertumbuhan. Sementara jika menumpuk di akhir tahun, pertumbuhan bisa berkurang -0,47 persen dari baseline.
VINDRY FLORENTIN