TEMPO.CO, Sukoharjo - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah akan melakukan pemetaan terhadap perusahaan jamu skala kecil yang berada di daerahnya. Pemetaan untuk industri kecil itu diperlukan untuk mempermudah proses pembinaan serta pengawasan.
Wakil Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko mengatakan provinsinya merupakan salah satu penghasil jamu terbesar di Indonesia. "Ada beberapa daerah yang menjadi sentra industri jamu," ucapnya setelah membuka pelatihan untuk perajin jamu di Sukoharjo, Kamis, 15 Desember 2016.
Berdasarkan data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), terdapat 300 perusahaan jamu kecil yang ada di Jawa Tengah. "Dari jumlah tersebut, belum semua memiliki izin," ujarnya. Saat ini, baru tercatat 112 perusahaan jamu yang telah memiliki izin lengkap.
Sebagian besar dari perusahaan itu berada di sentra industri jamu, seperti Cilacap dan Sukoharjo. Heru yakin sebenarnya jumlah perusahaan jamu jauh lebih banyak, termasuk industri kelas rumahan. "Kami akan melakukan pemetaan untuk melengkapi data-data itu," ujarnya.
Menurut Heru, data riil industri jamu sangat diperlukan agar pemerintah bisa melakukan pembinaan dengan tepat sasaran. "Kami dapat mendorong untuk akses modal serta perizinan," tuturnya. Selain itu, pemerintah dapat melakukan pengawasan dengan lebih baik.
Heru juga meminta BPOM segera merealisasi rencana mendirikan kantor perwakilan di setiap kabupaten. Keberadaan kantor perwakilan itu diperlukan untuk mempermudah akses perizinan bagi perajin jamu skala rumahan.
"Selain itu, pengawasan peredaran jamu juga bisa lebih efektif," kata Heru. Selama ini, pengawasan di daerah lebih banyak dilakukan dinas kesehatan, baik di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten.
Kepala BPOM Penny Lukito berujar, rencana mendirikan kantor perwakilan di tiap kabupaten baru akan direalisasi tahun depan. "Masih menunggu struktur organisasi tata kerja baru," ucapnya. Pembukaan kantor perwakilan akan dilakukan secara bertahap.
Penny berharap adanya kantor perwakilan itu bisa memperbaiki iklim industri jamu di Tanah Air. "Pada dasarnya, kami hadir untuk memberikan jaminan keamanan, mutu, serta manfaat dari produk obat tanaman," tuturnya.
BPOM, menurut Penny, siap memberikan pendampingan kepada para perajin jamu. "Termasuk membuka akses dengan perusahaan jamu yang sudah berskala besar," ucapnya.
Chief Executive Officer PT Sido Muncul Irwan Hidayat mengatakan perusahaannya siap memberikan pelatihan kepada perajin jamu skala kecil. "Mulai proses produksi hingga pemasaran," ujarnya.
Menurut dia, Jawa Tengah memang sangat potensial bagi pengembangan industri jamu. "Bahan bakunya berlimpah," tuturnya. Apalagi banyak petani di kawasan pegunungan yang memilih bertanam tanaman obat, seperti di Wonosobo dan Karanganyar.
AHMAD RAFIQ