TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan prospek ekspor kembali cerah setelah tenggelam beberapa bulan terakhir. Nilai ekspor yang meningkat pada November 2016 sebesar US$ 13,50 miliar, ucap Sri Mulyani, disebabkan oleh harga komoditas dan volume perdagangan yang mulai membaik.
"Beberapa kegiatan ekonomi di sektor pertambangan mencetak pertumbuhan positif," ujar Sri Mulyani di Hotel Mulia, Kamis, 15 Desember 2016.
Baca: Sri Mulyani Lega MK Tolak Gugatan Tax Amnesty
Sri Mulyani melihat perdagangan di beberapa negara maju juga mulai meningkat. Amerika Serikat, misalnya, memutuskan menaikkan suku bunga Fed Fun Rate sekali tahun ini sebesar 0,25 basis poin. "Ini diiringi optimisme pertumbuhan lebih tinggi dari 1,9 persen," ucap Sri Mulyani. Ia memprediksi perekonomian Amerika bisa tumbuh di atas 2 persen tahun depan.
Sri Mulyani optimistis tumbuhnya perekonomian Amerika Serikat tak akan berdampak negatif terhadap Indonesia. Pemerintah berjanji menciptakan iklim investasi yang kompetitif. "Kita punya mesin pertumbuhan, tapi butuh bahan bakar investasi," tuturnya.
Baca: 8 Taipan Tak Punya NPWP, Istana: Harus Dikejar
Badan Pusat Statistik melaporkan, ekspor November meningkat 5,91 persen dibanding ekspor Oktober 2016. Ekspor year-on-year juga meningkat 21,34 persen dibanding November 2015.
Sementara itu, ekspor non-migas November 2016 mencapai US$ 12,39 miliar atau naik 6,04 persen dibanding Oktober 2016. Nilai ini juga naik 28,75 persen ketimbang ekspor November 2015.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-November 2016 mencapai US$ 130,65 miliar atau menurun 5,63 persen dibanding periode yang sama 2015. Peningkatan terbesar ekspor non-migas November terhadap Oktober 2016 terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$ 366,1 juta (20,37 persen).
PUTRI ADITYOWATI