TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan Indonesia perlu lebih waspada terhadap kondisi Cina dibanding Amerika. Pengaruh Cina terhadap kondisi ekonomi Indonesia lebih besar.
"Cina merupakan partner dagang utama Indonesia dan motor pertumbuhan ekonomi global," ucap Bambang di Ritz-Carlton, Jakarta, Kamis, 15 Desember 2016. Namun negara tersebut diproyeksi hanya tumbuh 0,3 persen, yaitu dari 6,3 persen pada 2016 menjadi 6,6 persen tahun depan.
Baca: Pertumbuhan Ekonomi Jateng 2017 Bisa Sampai 5,7 Persen
Untuk ukuran negara yang selama 20 tahun mengalami pertumbuhan di atas 10 persen, proyeksi tersebut sangat kecil. Namun Cina memang tengah menekan pertumbuhan ekonominya akibat investasi yang gencar. Akibatnya, utang swasta dan badan usaha milik negara membengkak.
Untuk meredam utang, Cina memutuskan menekan pertumbuhan ekonomi dengan mengurangi investasi. Cina beralih ke pengembangan sektor konsumsi yang berarti ada kesempatan untuk masuk pasar Cina.
"Tapi, kalau investasi mereka melambat, produk domestik bruto Indonesia bisa lambat juga," ujarnya. Bambang menuturkan pertumbuhan ekonomi bisa turun -0,72 persen di bawah baseline. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksi 5,1-5,3 persen.
Baca: The Fed Naikkan FFR, BI Akan Tahan Suku Bunga di 4,75 Persen
Dibanding Amerika, Bambang mengatakan dampaknya tidak akan sebesar itu. Amerika berisiko seusai pemilu presiden. Negara tersebut diproyeksi tumbuh 2 persen.
Bambang menuturkan risiko muncul karena keputusan Trump yang kontroversial. Trump berencana memotong pajak perusahaan dari 25 persen menjadi 15 persen. "Itu akan menjadikan Indonesia kurang bersaing," katanya.
Trump juga diprediksi akan lebih proteksionis di sektor perdagangan. Cina bisa kehilangan pasar jika hal tersebut terealisasi. Bambang khawatir Cina akan membidik Indonesia sebagai pasar besar baru dan mengancam produk dalam negeri.
Partai Republik yang kembali berkuasa setelah delapan tahun vakum pun memberi warna tersendiri. Republik dan Demokrat memiliki perbedaan prinsip. Partai penguasa berpihak kepada pengusaha, sementara Demokrat mendukung kesejahteraan negara.
"Jika semua itu terealisasi dan pertumbuhan ekonomi Amerika serta global tidak sebaik yang diperkirakan, PDB Indonesia akan terpengaruh secara negatif," ujarnya. Ekonomi Indonesia diperkirakan melambat 0,41 persen dari proyeksi pertumbuhan. Sebabnya, investasi di dalam negeri diprediksi menurun.
VINDRY FLORENTIN