TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Koordinator Bidang Ekonomi dan Keuangan Taufik Kurniawan mengatakan almarhum mantan Menteri Keuangan Marie Muhammad adalah seorang yang tegas, berani, dan penuh tanggung jawab.
Ia menilai komitmen Marie membersihkan korupsi di Direktorat Jenderal Pajak dilakukan ketika menjadi Direktur Jenderal Pajak.
Taufik mengapresiasi langkah Marie ketika tengah gencar mengumpulkan data untuk pajak bumi dan bangunan (PBB) pada 1989. Bahkan Marie pernah mendatangi kediaman Presiden Soeharto untuk mendapatkan data PBB.
“Pak Marie sendiri yang datang dan memimpin tim ke kediaman Presiden Soeharto, lalu mengukur sendiri luas rumah dengan pita ukur yang dibawanya,” ucap Taufik dalam keterangan tertulisnya, Minggu, 11 Desember 2016.
Taufik pun mengingat ucapan tegas Marie di koran dan televisi mengenai kewajiban membayar pajak. Marie, ujar dia, pernah menuturkan, tidak peduli presiden, pengusaha, atau siapa saja, soal kewajiban membayar pajak tidak ada pengecualian. Komitmen itu tetap dipegang teguh minimal selama Marie menjadi Dirjen Pajak.
Menurut Taufik, berkat kegigihan dan keberanian Marie memberantas korupsi di kantor pajak, target penerimaan pajak saat itu yang semula hanya Rp 9 triliun melampaui target hingga menyentuh angka Rp 19 triliun.
Taufik mengatakan Marie adalah sosok yang bersih, jujur, dan hidup sangat sederhana. Marie juga bersahaja, meski sebagai pejabat tinggi negara
Ia menilai sifat, nyali, dan keteguhan hati Marie tidak pernah berubah. Ketika menjadi Menteri Keuangan, Marie adalah satu-satunya menteri yang berani menolak dana taktis dan anggaran perjalanan dinas pejabat negara yang dinilai terlalu besar.
“Yang paling heboh saat itu, beliau berani menolak perintah Presiden Soeharto agar negara membiayai program pemerintah untuk membeli 39 kapal perang dari Jerman Timur pada 1993 yang dinilainya terlalu mahal,” ucap Taufik.
Ia menilai, karena kerasnya argumen Marie saat itu, dari total pembelian US$ 1,1 miliar, hanya US$ 319 juta yang disetujui untuk membiayai proyek pemerintah tersebut.
Marie meninggal pada usia 77 tahun. Dia mengembuskan napas terakhir pada pukul 01.37, Minggu, 11 Desember 2016, di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, Cawang, Jakarta Timur.
Taufik mengaku sudah lama mendengar kabar Marie sakit. Tapi, tutur dia, penyakit yang diderita Marie tidak membuat aktivitas dan kegigihan pada prinsip hidup surut.
DANANG FIRMANTO