TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Universitas Indonesia, Chatib Basri, mengatakan pernah bekerja sama dengan mantan Menteri Keuangan Marie Muhammad. Saat itu, ia menjadi Staf Ahli Menteri Keuangan Sri Mulyani pada Desember 2005, sementara Marie merupakan tenaga khusus Kementerian Keuangan untuk reformasi pajak dan bea-cukai.
Chatib berujar, ketika itu, interaksinya dengan Marie cukup intensif. Sebab, mereka sama-sama bekerja tidak hanya pada program reformasi pajak dan bea-cukai, tapi juga sektor kekayaan negara. “Kesan saya, beliau integritasnya luar biasa,” ucapnya saat dihubungi Tempo, Ahad, 11 Desember 2016.
Marie menjabat Menteri Keuangan pada Kabinet Pembangunan VI sejak 17 Maret 1993 hingga 16 Maret 1998. Pria kelahiran 3 April 1939 tersebut menempuh pendidikan terakhir program master bidang ekonomi di Universitas Indonesia.
Karier Marie di Kementerian Keuangan dimulai sejak 1969, yaitu saat bekerja di Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara hingga 1972. Pada 1971, dia menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.
Pada 1972-1988, Marie berkarier di Direktorat Jenderal Pembinaan Badan Usaha Milik Negara Kementerian Keuangan. Bahkan jabatan terakhirnya adalah direktur. Pada 1988-1993, ia dipercaya sebagai Direktur Jenderal Pajak.
Sejak itulah, Marie dijuluki sebagai Mr Clean karena perjuangannya memberantas korupsi di lingkungan Kementerian Keuangan. “Julukan itu memang pantas, karena orangnya tegas,” ujar Chatib.
Selama menjadi Menteri Keuangan era Presiden Soeharto, Marie menolak dana taktis dan anggaran perjalanan dinas yang dinilai terlalu besar. Selain itu, kebijakan menonjolnya selama menjadi Menteri Keuangan adalah upaya mengatasi kredit macet dengan empat kebijakan.
Empat kebijakan itu meliputi peningkatan kolektabilitas kredit yang telah disalurkan, pemberian kredit sesuai dengan kaidah perbankan yang sehat, pengawasan kredit tanpa mencampuri masalah intern penerima kredit, dan penurunan biaya overhead. Hasilnya, Indonesia pernah menjadi pelopor di Asia Tenggara dalam bidang perekonomian.
Selain itu, tutur Chatib, Marie adalah orang yang berterus terang. Marie akan menyampaikan sesuatu yang menurut dia benar. Namun, di sisi lain, Marie sangat terbuka terhadap masukan, bahkan dari orang yang lebih muda. Tak hanya persoalan dan konsep gagasan yang diungkapkan Marie, tapi juga persoalan yang sebenarnya dihadapi pemerintah.
Dinihari tadi, Marie berpulang pada usia 77 tahun. Almarhum rencananya dimakamkan siang nanti di Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Saat ini, jenazah berada di kediamannya di Jalan Taman Brawijaya III Nomor 139, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
DANANG FIRMANTO