TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Didik J. Rachbini, menilai dalam situasi ketidakpastian ekonomi saat ini sulit bagi negara pengekspor untuk menjual komoditas mereka di pasar internasional.
Hal ini, menurut Didik, terjadi karena beberapa negara pengimpor menerapkan beberapa kebijakan. "Salah satunya Amerika yang berencana untuk memberikan pajak tinggi untuk negara pengekspor, seperti Cina," kata Didik saat ditemui di hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Kamis, 8 Desember 2016.
Menurut Didik, ada tiga hal yang bisa dilakukan Indonesia untuk mengatasi ketidakpastian ekonomi tersebut, yakni dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di dalam negeri. "Pertama adalah pasar kita yang besar. Pakailah pasar kita itu. Tapi penerapannya jangan acak-acakan seperti sekarang. Harus saling memberi dan menerima," kata Didik.
Kedua, Didik meminta pemerintah untuk memperhatikan anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN. Ia tak ingin keberhasilan tax amnesty mempengaruhi postur APBN, karena tax amnesty membuat rasio pajak (tax ratio) turun.
"Pajak kita yang targetnya Rp 1.500 triliun itu, Rp 1.000 triliun aja belum tercapai. Ini harus super hati-hati," kata Didik. "Menteri Keuangan Ibu Sri Mulyani punya pekerjaan rumah yang besar."
Ketiga, Didik menekankan deregulasi dan debirokratisasi yang seharusnya bisa diefisienkan. Ia memberi contoh ongkos logistik di Indonesia lebih mahal dibandingkan anggaran pendapatan dan belanja daerah. "Ongkos logistik itu 300 persen dari APBD. Kalau itu lebih murah, arus ekonomi kita lebih lancar, itu saran saya," ucapnya.
DESTRIANITA