TEMPO.CO, Jakarta - Melanjutkan perdagangan akhir pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG diperkirakan berpeluang melanjutkan penguatannya. Analis ekonomi dari First Asia Capital David Sutyanto memperkirakan IHSG akan bergerak dengan support di 5.280 hingga resisten di 5.330.
"Penguatan rupiah terhadap dolar AS dan putusan ECB yang akan melanjutkan program stimulusnya hingga akhir 2017 menjadi katalis penguatan IHSG," kata David Sutyanto dalam pesan tertulisnya Jumat, 9 Desember 2016.
Pada perdagangan kemarin, IHSG berhasil melanjutkan penguatannya dan ditutup di atas 5.300 yakni di 5.303,73 atau menguat 38,36 poin (0,73 persen). "Ini merupakan posisi penutupan tertinggi IHSG sejak perdagangan 10 November lalu," ujar David.
Menurut David, meredanya risiko pasar saham kawasan emerging market yang mengangkat kembali mata uang emerging market terhadap dolar AS termasuk rupiah dalam dua hari perdagangan terakhir menjadi katalis penguatan IHSG.
Kemarin, rupiah menguat 0,34 persen terhadap dolar AS yakni di posisi Rp13.287. Penguatan rupiah telah mendorong aksi beli atas saham-saham sektoral yang sensitif interest rate seperti perbankan, properti, manufaktur, dan jasa konstruksi. Selain itu, sejumlah isu individual seperti rencana pembagian deviden interim Telkom juga turut mengangkat harga sahamnya.
Dari faktor eksternal, sentimen pasar turut digerakkan data ekspor impor Cina pada November yang kembali tumbuh positif setelah bulan sebelumnya terkontraksi. Ekspor Cina pada November lalu dalam dolar AS naik 0,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy). Bulan sebelumnya ekspor Cina -7,3 persen.
Impor Cina pada November naik 6,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy) setelah Oktober mengalami penurunan yakni -11,4 persen (yoy). Neraca perdagangan Ciina November lalu mencapai US$ 44,6 miliar turun dari Oktober sebesar US$ 49,06 miliar.
Tadi malam, bursa global melanjutkan penguatannya. Indeks saham di Uni Eropa, Eurostoxx menguat 1,4 persen di 3.185,79. Indeks saham utama di Wall Street kembali mencatatkan rekor tertinggi baru.
Indeks DJIA dan S&P masing-masing menguat 0,33 persen dan 0,22 persen di 19.614,81 dan 2 246,19. Harga minyak mentah juha menguat 2,17 persen di US$ 50,85 per barel menjelang pertemuan OPEC dan Non-OPEC akhir pekan ini.
David menambahkan, penguatan pasar saham global tadi malam ditopang keputusan ECB yang memperpanjang program stimulusnya hingga akhir 2017 dari Maret 2017 dengan mengurangi alokasi belanja obligasi (QE). Alokasi sebesar Euro 80 miliar akan berlangsung hingga Maret 2017 dan setelahnya akan dikurangi menjadi Euro 60 miliar.
DESTRIANITA