TEMPO.CO, Nusa Dua - Direktur Strategis dan Portofolio Utang Kementerian Keuangan Scenaider Clasein H. Siahaan optimistis rasio utang terjaga di bawah 30 persen tahun depan. Optimisme itu di antaranya berasal dari rencana Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump yang akan menggelontorkan stimulus fiskal dalam pembangunan infrastruktur. Hal itu diyakini dapat memicu dampak berlipat bagi ekspor Indonesia.
"Kalau dia membangun dan perlu banyak komoditas, ekspor nikel, timah, dan tembaga, kita akan terangkat, ekonomi akan bagus," ucap Scenaider di Nusa Dua, Bali, Kamis, 8 Desember 2016.
Pertumbuhan ekspor inilah yang akan mendongkrak penerimaan negara sekaligus pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tahun depan, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi di level 5,1 persen.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengatakan akan mengontrol rasio utang tahun depan agar berada di level 27-28 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2017. Sedangkan defisit anggaran harus berada di bawah 3 persen terhadap PDB. "Agar defisit keuangan tak lebih 3 persen, pembiayaan utang kami tahan di 28 persen," ujar Suahasil.
Total utang pemerintah hingga akhir Oktober 2016 tercatat sebesar Rp 3.439,8 triliun. Rasionya mencapai 27,4 persen terhadap PDB atau meningkat dibanding tahun 2015 dengan utang netto yang tumbuh 50 persen. Pemerintah membatasi rasio utang pemerintah di level 60 persen terhadap PDB sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Menurut Suahasil, pemerintah terus berupaya menekan rasio utang meskipun desain Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bersifat countercyclical. Saat perekonomian melemah, pemerintah akan menggenjot penerimaan APBN lebih ekspansif.
Selain itu, pemerintah menekan defisit keseimbangan primer tahun depan. Menurut Suahasil, neraca keseimbangan primer bisa surplus apabila defisit APBN berada di level 1,3 persen. Sedangkan defisit APBN saat ini telah di level 2,4 persen.
Pada 2017, pemerintah menargetkan defisit keseimbangan primer Rp 109 triliun. "Tahun 2018, semoga bisa turun lagi mendekati Rp 100 triliun," tuturnya.
PUTRI ADITYOWATI