TEMPO.CO, Jakarta - Penurunan harga gas diyakini mampu menekan impor industri tekstil dan produk tekstil (TPT), demikian disampaikan Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat.
"Kalau harganya lebih murah, impornya bisa jauh lebih turun. Bisa sampai 20 persen penurunannya," kata Ade saat dihubungi di Jakarta, Senin, 5 Desember 2016.
Ade menyampaikan, gas bagi industri TPT digunakan sebagai bahan baku maupun energi, yang berkontribusi hampir 22 persen terhadap seluruh biaya produksi.
Menurut Ade, industri TPT membutuhkan harga gas hingga 6 dolar Amerika Serikat per million British thermal units (MMBTU) untuk dapat berdaya saing, di mana saat ini harganya mencapai 9,75-12 dolar AS per MMBTU.
"Ya, tidak perlu seperti Singapura yang 4 dolar AS per MMBTU. Setidaknya seperti Vietnam yang harganya 6 dolar AS per MMBTU," ungkap Ade.
Ade menambahkan, impor produk TPT dinilai masih tinggi akibat industri dalam negeri belum memiliki daya saing.
Diketahui, industri TPT menjadi salah satu industri yang diajukan untuk mendapat penurunan harga gas untuk biaya produksinya.
Hal tersebut masih belum menemui titik terang karena terganjal impor yang masih besar.
Pasalnya, kondisi tersebut ditengarai ada yang memanfaatkan fasilitas impor produsen untuk menjual kembali produk impor tersebut.
ANTARA