TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Ketenagakerjaan mendorong revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi di Balai Latihan Kerja (BKL). Hal itu bertujuan meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia dengan tenaga kerja asal negara lain.
Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri mengatakan revitalisasi pendidikan dan pelatihan di BKL bertujuan menyelaraskan kompetensi yang dimiliki tenaga kerja dengan kebutuhan industri dan dunia usaha. Salah satu cara revitalisasi BLK ialah dengan meningkatkan fasilitas pendidikan sehingga sesuai dengan tuntutan zaman.
“Saya berharap kelengkapan yang sudah ada terus di-upgrade supaya tidak ketinggalan zaman, dan tentu yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri yang ada. BLK Kendari harus bisa menciptakan tenaga kerja yang mempunyai skill dan terampil,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin, 5 Desember 2016.
Adapun data BPS mencatat angkatan kerja lulusan SD/SMP sebesar 60,24 persen dari angkatan kerja yang bekerja sebanyak 118,41 juta orang, sedangkan lulusan SMA/SMK dan perguruan tinggi secara berturut-turut adalah 27,52 persen dan 12,24 persen. Karena itu, pendidikan dan pelatihan vokasi sangat penting untuk menciptakan tenaga kerja terampil.
Hanif menuturkan pemerintah berkomitmen meningkatkan vocational training di Indonesia dalam rangka masifikasi tenaga kerja berkualitas. Menurut dia, tidak terbantahkan saat ini dunia kerja menuntut seseorang memiliki keahlian khusus.
“Pelatihan semacam ini harus sustainable,” ujarnya.
BISNIS.COM