TEMPO.CO, Jakarta - Pertumbuhan industri penerbangan Indonesia saat ini menjadi nomor dua dunia setelah Cina. Demikian disampaikan Ketua Asosiasi Perawatan Pesawat Indonesia atau Indonesia Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA) Richard Budihadianto.
"Cina memang paling cepat, kedua Indonesia, dan ketiga India," kata Richard setelah bertemu Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Jumat, 2 Desember 2016.
Menurut Richard, pertumbuhan tersebut diukur dari pemesanan pesawat ketiga negara itu setiap tahun dan peningkatan nilai bisnis penerbangannya.
Dari sisi nilai bisnis, kata Richard, industri perawatan pesawat di Indonesia saat ini mencapai US$ 1 miliar dan akan tumbuh sekitar 10 persen dalam lima tahun ke depan.
Sementara itu, Cina diprediksi akan tumbuh 11 persen, sedangkan India akan tumbuh di angka sekitar 10 persen.
"Kalau yang lainnya itu di bawah 5 sampai 6 persen. Kalau di ASEAN, kitalah yang paling tinggi," ujar Richard.
Ia menambahkan, terdapat beberapa hal yang mendukung industri penerbangan di Indonesia tumbuh pesat, yakni pertambahan jumlah penumpang, pertumbuhan ekonomi, populasi, dan letak geografisnya.
Jika dilihat dari populasi, Indonesia memiliki penduduk hampir 200 juta jiwa, sehingga pasar untuk industri ini sangat besar.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia termasuk yang tinggi jika dibandingkan dengan negara lain di dunia.
"Kalau dari sisi geografisnya, Indonesia tentu sangat membutuhkan air transportation. Inilah hal-hal yang berpotensi mendorong pertumbuhan industri penerbangan kita," ujar Richard.
Untuk itu, menurut dia, IAMSA bersama pemerintah tengah mempersiapkan berbagai hal guna meningkatkan kapasitas dan kapabilitas industri perawatan pesawat, sehingga mendukung industri penerbangan itu sendiri.
"Kami sedang menyiapkan bersama pemerintah, ada aerospace park dan pendidikan vokasi bidang penerbangan," tutur Richard.
ANTARA