TEMPO.CO, Jakarta - PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero), badan usaha pelabuhan di kawasan timur Indonesia, tengah mengkaji pembukaan tiga direct call atau pengapalan langsung dari Maloy, Balikpapan, Kalimantan Timur dan Jayapura, Papua, tahun depan.
Direktur Keuangan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) IV Budi Revianto mengatakan pihaknya tengah merayu perusahaan pelayaran yang melakukan ocean going untuk ambil bagian.
"Tidak mudah karena teman-teman pelayaran yang ocean going menentukan rutenya setahun sebelumnya," ujarnya di Kementerian BUMN, Kamis, 1 Desember 2016.
Dia menambahkan, studi untuk tiga direct call tersebut baru dimulai. Menurutnya, studi yang dilakukan perusahaan ini adalah jaminan bagi perusahaan pelayaran untuk membuka pengapalan langsung dari tiga wilayah itu.
Khusus untuk Maloy, pihaknya akan mendorong komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sebagai ekspor bagi direct call. Untuk pengembangan muatan CPO, Pelindo IV akan menggandeng pemerintah provinsi. Adapun produk CPO itu akan dipasok dari kawasan ekonomi khusus (KEK) Maloy.
Selain Jayapura, Pelindo IV juga berencana membuka direct call Sorong. Namun Pelindo IV butuh waktu untuk mengembangkan fasilitas pelabuhan di Sorong sebelum memutuskan studi dan pelaksanaan program tersebut.
Hingga akhir tahun ini, Pelindo IV baru merealisasikan direct call dari dua wilayah, yaitu Makassar dan Bitung masing-masing dengan menggandeng pelayaran SITC dan Maersk Line.
Untuk direct call Bitung, program ini akan dijalankan pada Desember 2016. Rencananya, peresmiannya dihadiri Presiden Joko Widodo. "Mulainya Desember. Dulu Maersk Line karena market-nya tidak tumbuh, mereka keluar. Kini, Maersk datang lagi dengan kapal lebih kecil. Itu diharapkan rutin," ujarnya.
Budi menuturkan kontribusi direct call yang sudah dijalankan hampir setahun dari Makassar dengan kapal SITC terhadap pendapatan Pelindo IV tidak besar. Namun program tersebut cukup berkelanjutan dan inovatif.
"(Kontribusi) Hitungan nol koma, tapi buat daerah cukup besar pertumbuhannya. Sebab, ekspor dilakukan langsung dari wilayah masing-masing," tuturnya.
Saat ini, direct call sukses mengerek nilai ekspor Sulawesi Selatan menjadi Rp7 triliun dari sebelumnya Rp1,7 triliun. Alhasil, provinsi ini mencatatkan pertumbuhan ekonomi paling bagus se-Indonesia, yakni sampai 8 persen.
Walaupun tingkat keterisian kapal masih 20 persen untuk barang ekspor, dia mengungkapkan pertumbuhan muatannya meningkat sekitar 900 persen dari 10-20 kontainer pada pelayaran pertama hingga 200-300 kontainer per bulan saat ini.
"Karena itu, peran sebagai agent of development, titipan Ibu Menteri kepada kami, kami laksanakan," ujarnya.