TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 0,47 persen pada November 2016. Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan ini tercatat sebesar 126,18.
"Inflasi masih di dalam interval target, baik target pemerintah maupun Bank Indonesia," kata Deputi Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa Badan Pusat Statistik Sasmito Hadi Wibowo di kantor BPS, Jakarta, Kamis, 1 Desember 2016.
Sasmito mengatakan inflasi dipicu oleh kenaikan harga barang bergejolak. Salah satunya ialah cabai merah yang harganya rata-rata naik 21,2 persen. Harga cabai merah naik akibat cuaca yang tidak memungkinkan tanaman tersebut tumbuh. "Pasokannya kurang dan distribusinya terganggu," katanya.
Dua komoditas lainnya yang memicu inflasi ialah bawang merah, cabai rawit, dan tomat sayur. Ketiga komoditas tersebut masing-masing naik sebesar 16,21 persen, 29,7 persen, dan 19,52 persen.
Sementara faktor penekan inflasi ialah penurunan harga telur ayam ras. Harga komoditas tersebut turun 2,4 persen. Sebabnya, pasokan telur ayam ras selama November sedang banyak.
Baca:
Apa yang Membuat Ahok Begitu Yakin Tak Menistakan Agama?
Baru, Pengakuan Ahok Soal Penistaan Al-Maidah
KPK Sebut BPK Punya Temuan Baru Soal Sumber Waras
Foto Intim Donny Kesuma dengan Wanita Beredar, Netizen Bereaksi
Kenaikan harga tersebut ditunjukkan oleh naiknya beberapa indeks kelompok pengeluaran. Indeks kelompok bahan makanan naik 1,66 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau naik 0,25 persen sementara perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar naik 0,16 persen. Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi hanya kelompok sandang yaitu 0,01 persen.
Sasmito mengatakan sebanyak 78 kota IHK mengalami inflasi selama November. Inflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar 2,86 persen. "Inflasi tinggi akibat harga tomat dan cabai yang melonjak," katanya. Inflasi terendah terjadi di Singkawang sebesar 0,05 persen.
Sementara 4 kota IHK lainnya mengalami deflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Bau-Bau yaitu 1, 54 persen sementara deflasi terendah terjadi di Kendari 0,22 persen. Faktor pemicu rendahnya deflasi ialah harga ikan yang sedang turun.
Berdasarkan tahun kalender Januari-November 2016, tingkat inflasi mencapai 2,59 persen. Sementara tingkat inflasi yoy sebesar 3,58 persen. Sasmito mengatakan tren inflasi 2016 selalu berada di bawah inflasi 2015. Ia berharap tren tersebut bisa bertahan hingga akhir tahun. "Kenaikan inflasi yang cenderung terjadi di Desember perlu diwaspadai," katanya.
Komponen inti pada November 2016 mengalami inflasi 0,15 persen. Tingkat inflasi komponen inti tahun kalender 2016 sebesar 2,84 persen. Sementara tingkat inflasi komponen inti yoy sebesar 3,07 persen, terendah sejak 2004. "Mudah-mudahan ini jurang inflasi inti terendah," katanya.
VINDRY FLORENTIN