TEMPO.CO, Tomohon - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan nilai investasi energi panas bumi masih tinggi. Untuk itu, Jonan berharap badan usaha swasta nasional atau asing dapat berpartisipasi dalam mengembangkan sumber energi panas bumi sebagai pembangkit listrik. Dengan demikian, target 2.300 megawatt dari pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) pada 2025 dapat terpenuhi.
"Sesuai dengan arahan Bapak Presiden, partisipasi masyarakat dan swasta baik swasta nasional maupun swasta asing itu diharapkan. Jadi, tidak bergantung pada APBN atau BUMN semata," kata Jonan di Tomohon, Sulawesi Utara, Sabtu, 26 November 2016.
Partisipasi swasta dalam investasi di sektor pembangkit listrik juga diharapkan dapat memenuhi proyek listrik 35 ribu megawatt. Meski begitu, Jonan menilai pembangkit berbasis energi panas bumi memiliki tantangan yang berbeda dibanding energi lain.
Dibanding membangun pembangkit listrik jenis lainnya, besaran kapasitas listrik dari panas bumi tidak bisa langsung diprediksi sebelum eksplorasi dilakukan. Selain itu, pemanfaatan panas bumi masih digunakan sebatas untuk keperluan pembangkit listrik.
"Tantangannya bukan biaya pembangunannya, melainkan tantangannya. Ini kan panas bumi enggak ada yang bisa ngatur, Gusti Allah ini. Misalnya kontrak satu daerah 100 megawatt untuk pembangkit, ternyata setelah dieksploitasi kapasitasnya 70 megawatt," kata Jonan.
Jonan mengatakan, baik Pertamina selaku produsen maupun PLN selaku pembeli harus berunding lagi soal tarif. Selain itu, kebijakan regulasi bisa membantu investor agar lebih tertarik berinvestasi di sektor panas bumi. "Yang jelas, panas bumi harus tetap bisa dimanfaatkan," kata Jonan.
LARISSA HUDA