TEMPO.CO, Jakarta - Aksi jual asing di pasar obligasi Surat Utang Negara (SUN) terjadi intensif pada perdagangan Kamis kemarin. Aksi ini mendorong pelemahan rupiah yang cukup tajam, sehingga Bank Indonesia (BI) pun harus hadir dan mengintervensi pasar.
"BI hadir di pasar untuk melakukan buyback," ujar analis dari Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 25 November 2016.
Pada Kamis kemarin, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat melemah 0,5 persen di posisi 13.558. Posisi ini merupakan posisi terendah rupiah sejak awal Juni lalu.
Rangga mengatakan intervensi BI itu membantu tersedianya permintaan di tengah aksi jual masif, terutama oleh investor asing.
Pada 23 November lalu, investor asing yang menguasai SUN tercatat sekitar 37,2 persen dari total SUN yang beredar. Posisi ini sudah jauh lebih rendah daripada awal November dengan 38,5 persen. "Imbal hasil SUN naik hampir di seluruh tenor dengan dominasi tenor pendek-menengah," tutur Rangga.
Menurut Rangga, faktor eksternal, terutama dari Amerika Serikat, menjadi penyebab utama kenaikan imbal hasil SUN. Sedangkan dari faktor domestik tak kalah negatif. "Mulai inflasi yang diperkirakan naik hingga rencana unjuk rasa terkait dengan kasus Ahok," ucapnya.
Secara umum, tekanan kenaikan imbal hasil itu diperkirakan dapat bertahan hingga pertengahan Desember mendatang.
Rangga berujar, rencana front loading pemerintah pada kuartal keempat 2016 tampaknya akan menunggu kondisi pasar sekunder menjadi lebih tenang. "Walaupun itu justru bisa menjadi sentimen negatif lain, khususnya dari perspektif ketahanan fiskal yang lebih rendah pada awal 2017," katanya.
Rangga menambahkan, sentimen eksternal yang masih buruk diprediksi dapat mendorong pemerintah memaksimalkan sumber pendapatan negara lain. "Misalnya tax amnesty yang laju pertambahannya pada periode kedua sejauh ini relatif menurun."
GHOIDA RAHMAH