TEMPO.CO, Jakarta - Konsolidasi perbankan dari badan usaha milik negara (BUMN) disebut-sebut bisa membuka peluang penurunan suku bunga. Hal tersebut dimungkinkan, menurut Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk Anton Gunawan, karena sektor perbankan Indonesia masih sangat tersegmentasi dengan persaingan yang ketat.
Anton menjelaskan, secara makro, hal ini kemudian menjadi salah satu pemicu sulitnya suku bunga perbankan naik atau turun.
"Kalau ada sinergi, bukan tidak mungkin suku bunga bisa lebih diturunkan untuk mendorong perekonomian. Tapi bisa terjadi sebaliknya kalau sinergi enggak berjalan," katanya dalam seminar Value Creation Holding BUMN 2017 di Hotel Double Tree, Cikini, Jakarta, Kamis, 24 November 2016.
Menurut Anton, perebutan dana pihak ketiga (DPK) yang terjadi saat ini mendorong terjadinya peningkatan suku bunga deposito dan kredit. Hingga September 2016, pertumbuhan kredit bank BUMN mencapai 15,8 persen (YOY), sedangkan pertumbuhan DPK hanya 9,2 persen (YOY).
Selanjutnya, dari sisi total aset, bank BUMN juga memiliki posisi yang cukup baik di antara perbankan nasional lain. "Kreditnya cukup agresif walaupun sekarang rasio kredit macet (NPL) sudah agak tinggi, dan kita sedang bersih-bersih itu," ujar Anton.
Rasio current account saving account (CASA) bank BUMN juga cukup tinggi dengan biaya dana (cost of fund) yang cenderung cukup rendah.
GHOIDA RAHMAH