TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menyakini konsumsi rumah tangga akan tetap sehat di level 5% pada tahun depan.
Kendati demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan perlunya kehati-hatian karena perkiraan inflasi oleh Bank Indonesia 4% +-1%.
Dia menjelaskan ekonomi domestik hanya akan bisa bertahan secara kesinambungan ditopang oleh sektor pertanian dan perikanan, selain itu industri pertambangan sudah mulai membaik karena ada perbaikan.
Industri sektor jasa juga menunjukkan pertumbuhan yang baik di tengah situasi global yang goncang.
"Optimisime karena kita jaga momentum. Hati-hati karena kita tahu tantangan eksternal namun juga internal masih harus dihadapi dan diselesaikan," katanya, di Jakarta, Rabu (23 November 2016).
Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun depan pada level moderat di 5,1%, sementara Bank sentral memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) 2017 sebesar 5,0%-5,4%.Â
Sementara itu, konsumsi pemerintah yang stabil di 4,8% diharapkan bisa menarik investasi swasta terutama pasar modal yang lebih dibandingkan tahun ini.Â
Dari sisi perdagangan, Sri Mulyani menilai sektor pertambangan dan penggalian sudah mulai membaik terlihat dari kuartal III/2016 yang kontraksinya hanya sedikit di kisaran 0%, terutama batu bara yang harganya sudah relatif pulih.Â
Jatuhnya sektor pertambangan dan penggalian juga bisa mempengaruhi sektor kontruksi. Namun, dia menjelaskan agresivitas pemerintah dalam belanja mampu menahan sektor kontruksi sehingga tidak jatuh.
"Namun, kontruksi terkompensasi dari pengeluaran pemerintah yang cukup agresifnya maupun BUMN infrastruktur. Itu counter cyclical dari government spending untuk mengkompensasi suatu pelemahan dalam perekonomian dengan tools fiskalnya," ucapnya.