TEMPO.CO, Jakarta - Direktorat Jenderal Perkeretaapian dan PT Kereta Api Indonesia (Persero) menargetkan revitalisasi Stasiun Manggarai bisa selesai pada 2018. Nantinya, stasiun ini diharapkan mampu mendatangkan penumpang hingga 1,2 juta bahkan lebih setiap harinya.
Revitalisasi ini juga bertujuan memperbaiki pola sistem perjalanan kereta, khususnya Commuter Line, yang saat ini dianggap masih terganggu. Jalur kereta luar kota yang masih sejalur dengan Commuter Line, dianggap menjadi salah satu penyebab keterhambatan itu.
"Pemisahan jalur utama (main line) dan jalur komuter adalah solusinya. Tak ada pilihan lain. Kalau bisa kereta jarak jauh tak masuk kota," ujar Prasetyo Buditjahyono, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, dalam diskusi Revitalisasi Stasiun Terpadu Manggarai untuk Perkeretaapian Jabodetabek, di Restoran Ocha and Bella, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 22 November 2016.
Saat ini, Kemenhub bersama PT KAI sedang membangun double-double track dari Manggarai ke Cikarang sepanjang 40 kilometer. Meski dalam proses pembangunan, Prasetyo menjanjikan tidak akan ada penghentian operasi stasiun, hanya akan sedikit terpengaruh.
Baca: Singapore Airlines Kurangi Frekuensi Penerbangan ke Jakarta
"Jika double-double track selesai, akan ada pemisahan operasi. Untuk kereta api yang ada di main line berakhir di Manggarai dan sebagian di Senen. Tak berpotongan di lintas tengah," kata Hadi Sritjahjo Legowo, Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Bekasi-Jakarta.
Stasiun Manggarai akan dibangun menjadi tiga lantai. Selain itu, ada penambahan fungsi Stasiun Manggarai sebagai stasiun parkir kereta bandara yang diharapkan siap beroperasi pada 2017.
Revitalisasi ini diharapkan dapat memenuhi target pencapaian pengunjung hingga 1,2 juta dalam sehari. Saat ini, jumlah pengunjung baru mencapai 800-850 ribu.
Ellen Tangkudung, Ketua Dewan Transportasi Jakarta, mengkhawatirkan revitalisasi Stasiun Manggarai malah makin memperparah kondisi perkeretaapian di Jabodetabek. Jika Stasiun Manggarai juga difungsikan menjadi stasiun kereta api bandara, dikhawatirkan akan semakin memperparah waktu tunggu.
"Karena itu jalur yang cukup padat. Apalagi kereta api bandara butuh ketepatan waktu yang tinggi, sementara jalur yang digunakan kereta bandara masih sama dengan jalur yang digunakan oleh Commuter Line," ucap Ellen.
Simak: Industri Kacamata Indonesia Siap Berekspansi
Ellen sempat menyarankan adanya rekayasa selama pembangunan untuk revitalisasi. "Perlu semacam manajemen rekayasa lantas selama tahap konstruksi. Kalau (kereta) lebih terlambat lagi, orang yang dulu meninggalkan kendaraan pribadi akan kembali pakai kendaraan pribadi."
EGI ADYATAMA