TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Keuangan dan Perbankan Dewan Perwakilan Rakyat melakukan kunjungan kerja ke Amerika Serikat untuk membahas sejumlah kebijakan ekonomi setelah terpilihnya Donald Trump sebagai presiden. "Kecenderungan Trump yang proteksionistik, apa dampaknya bagi kita?" kata anggota Komisi Keuangan DPR, Hendrawan Supratikno, ketika dihubungi Tempo, Sabtu, 19 November 2016.
Hendrawan menjelaskan, alasan anggota Komisi XI berkunjung ke negara itu lantaran Amerika merupakan kekuatan ekonomi dunia nomor satu yang menarik untuk terus dicermati. Pasalnya, politik ekonomi negara adidaya tersebut akan membawa dampak besar bagi dinamika ekonomi global.
Selain itu, kata Hendrawan, janji atau pernyataan Trump dalam bidang ekonomi dinilai kontradiktif. "Memberi sinyal yang membingungkan pasar," ujarnya.
Hendrawan menjelaskan, dari kampanye-kampanye sebelumnya terlihat Trump ingin membangun infrastruktur secara masif, yang berarti membutuhkan dana besar. Namun, di sisi lain, presiden yang menggantikan Barack Obama itu juga hendak memangkas pajak.
Dengan begitu, menurut Hendrawan, pasar memperkirakan Amerika Serikat akan lebih agresif dalam kebijakan utang luar negerinya. Jika hal itu sampai terjadi, Hendrawan menuturkan, The Federal Reserve Bank kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga 25 basis poin pada Desember mendatang. "Perlu dicermati, apakah kita akan balik ke rezim suku bunga tinggi seperti tahun 1980-an?" tuturnya.
Tercatat sebanyak 14 politikus yang mewakili sepuluh fraksi dan pemimpin Komisi XI turut dalam kunjungan ke Amerika. Selain mengunjungi bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve atau The Fed) dan bursa efek Nasdaq, rombongan akan rapat bersama Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia.
Belasan anggota parlemen itu akan membicarakan politik ekonomi Amerika. Mereka akan membahas pajak ekonomi digital dan skenario pertumbuhan ekonomi dunia pada 2017. “Juga antisipasi atau proyeksi harga-harga komoditas ekspor emerging economies,” kata Hendrawan.
FRISKI RIANA