TEMPO.CO, Jakarta - Gazan Azka Ghafara yang berusia 19 tahun mendapatkan hibah modal Rp 500 juta dari usahanya memproduksi keripik pisang bermerk Zanana Chips. Hibah itu diperoleh setelah dia menjadi juara kompetisi wirausaha Wismilak Diplomat Success Challenge (DSC) 2016.
“Gazan terpilih karena leadershipnya yang menonjol, ia berani mengambil keputusan. Kami lihat ia berpotensi menjadi entrepreneur tangguh,” kata Surjanto Yasaputera, Ketua Dewan Komisioner DSC 2016, dalam keterangan tertulis, Selasa 15 November 2016.
Kompetisi untuk mencari pebisnis muda yang sudah memasuki tahun ke-7 ini dipelopori Wismilak. Gazan yang lahir di Bandung berhasil menyisihkan 10 peserta atau challenger lain yang masuk babak final.
Sebagai pemenang utama, Gazan memperoleh hadiah hibah modal Rp 500 juta dari total hibah yang besarnya mencapai Rp 2 miliar. Selain Gazan, lima finalis lain juga mendapatkan modal usaha. Mereka ini terdiri dari dua orang grand finalist dan tiga orang runner up.
Gisela Eugenia, grand finalis lainnya, berusaha membuat aplikasi untuk menemukan pengajar bimbingan belajar dan I Wayan Lovayana, yang merencanakan workshop pembuatan benda seni untuk menyerap tenaga kerja di Bali.
Sedangkan di posisi runner up, ada Kristantya Nugraha yang memproduksi bass gitar, Stephanie Patricia yang membuat aplikasi medi-call, serta Heru Anwari yang membuat sepeda BMX inovatif. Para pemenang juga mendapatkan bimbingan usaha dari tim Wismilak DSC.
Pak Sur panggilan akrab Surjanto Yasaputera menyebutkan, DSC memberikan penghargaan kepada lima orang dengan usaha yang memenuhi kriteria dampak sosial dan lima orang lagi berpotensi bisnis.
“Tahun ini kompetisi DSC menjaring beragam kategori usaha, antara lain industri kreatif, agrikultur, teknologi, energi, meski yang paling banyak masih di bidang perdagangan, jasa dan kuliner,” ucapnya.
Pak Sur mengatakan babak akhir seleksi dilakukan dalam bentuk kompetisi di tiga kota Surabaya, Yogyakarta dan Bandung. Para calon pebisnis muda yang dijadikan dua kelompok, dihadapkan pada tantangan usaha nyata yang berbeda di tiap kota.
Sesi terakhir di Bandung misalnya, mereka harus menjadi event organizer yang bertugas mendatangkan live music di sebuah kafe. Setiap tim dituntut memberikan strategi terbaik agar pertunjukannya ramai dikunjungi orang.
Menurut Pak Sur, semua finalis tampil istimewa. Namun usaha keripik pisang di tangan Gazan mampu mencuri perhatian. Zanana Chips dinilai sangat memahami target pasarnya, karena terus berinovasi mengembangkan mekanisme promosi secara kekinian. Keripik pisang sudah ditekuni Gazan sejak 2 tahun lalu.
Gazan mengaku bangga bisa mendapatkan hampir satu miliar rupiah di usia 19 tahun lalu dari jualan kripik pisang. Pada usia 16 tahun, Gazan sudah mulai menjadi seorang pengusaha dengan mempekerjakan dua orang karyawan.
“Saat itu tahun 2012 saya memproduksi ayam tulang lunak dengan merk Ayam Razet, namun bangkrut karena kurangnya modal dan lokasi yang sepi,” ujarnya mengenang.
Pemuda ini juga sempat jualan risoles di tahun 2013 dengan membuka tiga cabang. Namun bisnis ini pun terpaksa gulung tikar karena ditinggal koki.
Gazan masih ingat, suatu hari setelah bangkrut dari jualan risoles, tiba-tiba saja ia ingin makan keripik pisang cokelat. Namun ia kesulitan menemukan camilan itu di Bandung karena merupakan oleh-oleh khas Lampung.
Setelah bertanya kebeberapa teman, Gazan menemukan jawaban yang sama. Ternyata banyak juga yang mencari keripik pisang cokelat Lampung di Bandung. Untuk itu ia segera tergerak untuk memproduksinya.
“Saya sangat yakin karena produk itu kan terbukti laris di Lampung. Bertahan selama belasan tahun dan bahkan eksis sebagai produk oleh-oleh khas dari Lampung,” ujar Gazan. Produk buatannya kemudian diberi merk Zanana Chips.
Setelah berjalan dua tahun peminatnya terus meningkat. Zanana Chips sudah pernah di distribusikan ke lebih dari 70 kota di Indonesia, termasuk keluar negeri seperti Malaysia, Jepang, Amerika, Mesir, dan Brunei.
Melihat peminat Zanana Chips semakin banyak, Gazan mulai melakukan pengembangan produk. Jika pada awalnya hanya ada varian rasa coklat, ia berinovasi dengan menambahkan varian rasa lain seperti rasa susu, greentea, smoked beef, dan classy spicy.
Selain ragam cita rasa yang tengah populer, produk ini juga mempunyai kemasan yang menarik. Gazan mencoba menonjolkan sisi emotional benefit karena menyasar kelompok anak muda millennial yang selalu menuntut kebaruan dan keaslian ide.
Dari Zanana Chips, sampai pertengahan tahun ini Gazan mampu meraup omzet Rp 400 juta -Rp 450 juta per bulan, angka yang stabil.
Namun ia tidak cepat berpuas diri. “Saya masih ingin memperbanyak jalur distribusi, agar Zanana Chips bisa tersedia di berbagai kota dan mudah ditemukan oleh konsumen,” ujarnya.
SETIAWAN ADIWIJAYA
Baca juga:
Dua Ramalan Haji Lulung tentang Ahok Terbukti, Ini yang Ketiga
Pengakuan Meggie Diaz tentang Nikah Siri dengan Tukul