TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG pada perdagangan hari ini berpeluang menguat.
Meredanya risiko pasar di emerging market dengan dukungan penguatan harga minyak dan turunnya yield obligasi akan memberikan sentimen positif pada perdagangan hari ini.
Menurut Analis Ekonomi First Asia Capital David Sutyanto, IHSG yang sudah koreksi tajam dalam tiga hari perdagangan berturut-turut, hari ini diperkirakan berpeluang naik, dengan dukungan penguatan mata uang rupiah terhadap dolar AS dan kenaikan harga minyak mentah.
"IHSG diperkirakan akan bergerak dengan support di 5.040 dan resisten di 5.170 berpeluang rebound," kata David Sutyanto dalam pesan tertulisnya, Rabu, 16 November 2016.
Baca: Danai Startup Indonesia, Ini Bisnis Incaran Plug and Play
Tadi malam pasar saham global bergerak di teritori positif dengan dukungan meredanya tekanan jual di pasar obligasi dan naiknya harga minyak mentah di AS. Indeks DJIA dan S&P di Wall Street masing-masing menguat 0,3 persen dan 0,7 persen di 18.923,06 dan 2 180,39. Indeks Nasdaq naik hingga 1 persen di 5.275,62.
Harga minyak mentah tadi malam di Amerika Serikat naik 5,6 persen di US$ 45,76 per barel dipicu optimisme menjelang pertemuan OPEC akhir Nopember ini yang akan memotong produksi minyak. Indeks saham di zona Euro, Eurostoxx naik 0,3 persen di 3 049,72. Yield obligasi AS tenor 10 tahun tadi malam turun dari level tertingginya ke 2,23 persen.
Pasar saham emerging market tadi malam kembali bergerak positif setelah tertekan selama empat hari perdagangan berturut-turut. Hal ini turut ditopang kembali menguatnya mata uang di emerging market. The MSCI Emerging Market Currency Index tadi malam naik 0,4 persen.
Simak: Berkat Keripik Pisang Remaja Ini Dapat Modal Rp 500 Juta
Adapun pada perdagangan kemarin, IHSG bergerak fluktuatif naik turun dalam rentang lebar 95 poin. Sempat rebound 45 poin di penutupan sesi pertama, namun di akhir sesi II IHSG kembali koreksi 37,23 poin (0,73 persen) di 5.078,50.
Aksi beli terutama mendominasi saham PT Telekomunikasi Indonesia Persero) Tbk. (TLKM) dan beberapa saham unggulan perbankan seperti saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA). Namun di sesi dua, tekanan jual mendominasi saham sektor pertambangan dan perkebunan.
Menurut David, perdagangan saham kemarin masih dibayangi kekhawatiran risiko keluarnya modal asing atau capital outflow dan pergerakan rupiah terhadap dolar AS.
Lainnya: Yu Jum, Ratu Gudeg Yogya, Telah Tiada
Arus dana asing di pasar saham masih cenderung keluar. Kemarin, penjualan bersih asing mencapai Rp 328 miliar. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kemarin masih melemah di Rp 13.369 terimbas penguatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang kawasan Asia.
DESTRIANITA