TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank UOB Indonesia memprediksi ekonomi Indonesia pada tahun depan akan bertumbuh, meskipun kondisi perekonomian global masih melemah. Presiden Direktur UOB Indonesia Kevin Lam mengatakan ekonomi Indonesia akan tumbuh stabil pada kisaran 5,2 persen tahun depan. Tahun ini, ekonomi akan tumbuh 5 persen.
Kevin optimistis pemerintah akan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi melalui berbagai paket kebijakan ekonomi yang bertujuan meningkatkan investasi dalam negeri. Beberapa proyek pembangunan infrastruktur yang tengah dibangun oleh pemerintah juga akan membantu pemerataan ekonomi dan pertumbuhan pendapatan nasional.
"Pembangunan tersebut juga menciptakan lapangan kerja. Hal ini memberikan kontribusi dalam memperkuat konsumsi rumah tangga,” ujar Kevin dalam konferensi pers seusai acara UOB Indonesia Economic Outlook 2017 di Grand Ballroom Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta Pusat, Rabu, 16 November 2016.
Sejak September 2015, pemerintah Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan 14 paket kebijakan ekonomi. Beberapa paket kebijakan tersebut antara lain menyederhanakan prosedur investasi asing, memperbarui program bahan bakar minyak bersubsidi, menghapuskan pajak berganda pada sektor properti, serta menata sektor perdagangan digital (e-commerce).
Baca: Lion Air Group Bentuk Maskapai Baru di 3 Negara
Kevin menilai kerja keras pemerintah untuk meningkatkan minat investasi dari investor dalam negeri dan asing melalui paket-paket kebijakan tersebut telah memberikan hasil. Menurut survei UOB Asian Enterprise Survey 2016, hampir seperempat perusahaan Asia yang menjadi responden memilih Indonesia sebagai tujuan ekspansi dalam 3-5 tahun ke depan.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2016 berada pada kisaran 5,0-5,1 persen. "Karena fiskal akan ekspansif," katanya di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis, 10 November 2016.
Menurut Sri Mulyani, banyak kementerian dan lembaga (KL) yang akan belanja pada akhir 2016. Realisasi belanja hingga akhir tahun diprediksi mampu mencapai 96 persen dari target. Proyeksi tersebut lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja yang biasanya sekitar 95 persen.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menyebutkan belanja negara selama Oktober hingga Desember 2016 sebesar Rp 600,6 triliun, terdiri atas belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah. Namun pendapatan dalam negeri diperkirakan mencapai Rp 486,1 triliun pada kuartal IV. "Jadi ada neto defisit sebesar Rp 114,5 triliun," tutur Sri Mulyani.
Simak: PT DI Kembangkan Helikopter Anti-Kapal Selam Pesanan TNI-AL
Menurut Sri Mulyani, defisit akan ditutup pembiayaan dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN). Penerbitan SBN sudah mencapai 98,7 persen. "Sisanya dipenuhi dari penerbitan surat utang di pasar domestik." Ia memastikan defisit APBN-P 2016 dijaga pada tingkat 2,7 persen dari PDB.
ANGELINA ANJAR SAWITRI | VINDRY FLORENTIN