TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump akan lebih protektif dalam menjalankan kebijakan perdagangannya. Sebab, ucapan-ucapan Trump selama kampanye mengindikasikan hal tersebut.
"Pendekatan kebijakan dia kan sepertinya akan lebih konservatif," kata Faisal kepada Tempo saat dihubungi pada Rabu, 9 November 2016.
Jika selama ini hubungan ekonomi berdasarkan asas timbal-balik, menurut Faisal, pada era Trump nanti diperkirakan hubungan timbal-balik tidak bisa diharapkan terjadi. "Meskipun selama ini Amerika Serikat tidak timbal-balik juga, tapi Trump akan ekstrem."
Berbeda halnya bila Hillary Clinton yang terpilih sebagai Presiden AS. Faisal memprediksi kebijakan ekonomi AS akan lebih terbuka daripada Trump. "Dia (Hillary) akan lebih akomodatif dibandingkan Trump," ujarnya.
Mengenai keikutsertaan pada Trans Pacific Partnership (TPP), Faisal memandang baik Hillary Clinton maupun Trump memiliki ketidaksukaan terhadap kerja sama ini. Namun Trump memang lebih keras mengeluarkan kebijakan tentang TPP. "Dia menganggap Amerika Serikat akan diburu anggota lain sebagai pasarnya."
Meski juga memiliki sikap menolak TPP, menurut Faisal, Hillary Clinton masih akan akomodatif dan asas ekonomi timbal-balik akan masih diusahakan ada di sana. "Persamaan pelaku usaha itu akan menciptakan iklim yang baik."
Faisal menuturkan, dari sisi arus modal, jika Trump yang terpilih akan memberikan sentimen kurang baik bagi pasar modal. Dia memperkirakan arus modal akan keluar dari AS dan menuju negara yang lebih kondusif. "Mungkin menuju negara emerging market, seperti Indonesia."
DIKO OKTARA