TEMPO.CO, Jakarta - Indeks harga saham gabungan atau IHSG dalam perdagangan hari ini diperkirakan bergerak bervariasi tapi berpeluang melanjutkan penguatan. Analis ekonomi dari First Asia Capital, David Sutyanto, memperkirakan pasar akan bergerak fluktuatif seiring dengan berita-berita terkait hasil perhitungan suara atas pemilihan presiden di Amerika Serikat.
“Sehingga kondisi pasar saham global akan mempengaruhi perdagangan hari ini,” ujar David dalam pesan tertulis, Rabu, 9 November 2016. Ia meramalkan IHSG bergerak di angka 5.450-5.510 serta cenderung menguat terbatas. "Terutama dipicu sentimen optimisme atas hasil pilpres di Amerika yang akan dimenangi Hillary," ujarnya.
Baca: Pemilu AS: Astronot Ikut Memilih Saat 400 Km di Atas Bumi
Indeks bursa global tadi malam melanjutkan kenaikan, yang didorong sentimen hasil pilpres di Amerika. Indeks saham Eurostoxx di kawasan Uni Eropa naik 0,5 persen di 3.023,43. Di Wall Street, indeks saham utama DJIA dan S&P masing-masing menguat 0,4 persen di angka 18.332,74 dan 2.139,56. Indeks Nasdaq menguat 0,6 persen di level 5.193,49.
Adapun harga minyak mentah tadi malam terkoreksi tipis 0,2 persen di angka US$ 44,82 per barel dan harga emas terkoreksi 0,24 persen di level US$ 1276,30 per t.oz. "Pasar saham tadi malam melanjutkan sentimen atas pilpres AS dan berspekulasi Clinton akan memenangi pilpres di Amerika," kata David.
Baca: Pemilu AS: Rebut Ohio & Florida, Trump di Ambang Kemenangan
Dalam perdagangan kemarin, Selasa, 8 September, IHSG juga ditutup menguat terimbas sentimen positif global dan kawasan yang meyakini kandidat Presiden Amerika, Hilary, akan memenangi pilpres. IHSG ditutup naik hingga 1,6 persen atau 84,47 poin di angka 5.470,681. "Ini merupakan posisi penutupan tertinggi IHSG sejak perdagangan 5 Oktober lalu," tuturnya.
Hampir semua saham sektoral menguat, kecuali saham tambang batu bara, yang dilanda aksi ambil untung setelah naik dalam beberapa sesi perdagangan sebelumnya. Namun penguatan IHSG kemarin juga dibayangi data perdagangan Cina pada Oktober, yang kurang menggembirakan. Ekspor Cina dalam dolar Amerika pada Oktober lalu turun 7,3 persen dibanding periode yang sama tahun lalu (yoy).
Baca: Pemilu AS: Hillary Terjepit, Mesti Kuasai 3 Negara Bagian
Penurunan ekspor tersebut melanjutkan penurunan bulan sebelumnya, 10 persen (yoy). Impor Oktober juga turun 1,4 persen (yoy) melanjutkan penurunan bulan sebelumnya, 1,9 persen (yoy). Meski demikian, neraca perdagangan Cina pada Oktober mencatatkan surplus US$ 49,06 miliar atau naik dari bulan sebelumnya, US$ 42 miliar.
DESTRIANITA KUSUMASTUTI