TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) akhirnya mendapat penugasan dari pemerintah untuk menggarap kilang baru di Bontang, Kalimantan Timur. Sebelumnya, pemerintah berencana membangun kilang Bontang dengan skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU).
"Secaran lisan, kilang Bontang sudah diputuskan menjadi penugasan," ujar Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina, Rachmad Hardadi, di Jakarta, Selasa, 8 November 2016.
Baca: Google Tunggak Pajak Rp 5,5 T, Begini Pemerintah Menagih
Pertamina menargetkan pembangunan kilang Bontang bisa rampung paling lambat tahun 2023. Investasi kilang ini diperkirakan mencapai US$ 10 miliar dengan rencana kapasitas pengolahan minyak sebesar 300 ribu barel per hari.
Rachmad mengatakan sampai saat ini Pertamina belum memutuskan siapa yang bakal menjadi mitra pembangunan. Sebelumnya, dalam pembangunan kilang baru di Tuban, Jawa Timur, Pertamina menggaet perusahaan migas pelat merah asal Rusia, Rosneft. Sedangkan proyek revitalisasi kilang Cilacap, Dumai, dan Balongan, dikerjakan bersama Saudi Aramco.
Baca juga: Badan Kebijakan Fiskal Pertimbangkan Asuransi Pengangguran
Namun, sampai saat ini, Saudi Aramco belum membalas permintaan Pertamina untuk merevitalisasi kilang Dumai di Riau dan kilang Balongan di Jawa Barat secara paralel. Kini perseroan bersiap mencari mitra baru, jika perusahaan pelat merah Kerajaan Arab ini menolak. "Kami sedang dalam pembicaraan serius," kata Rachmad.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi I Gusti Nyoman Wiratmaja mengatakan skema penugasan membuat pengerjaan kilang Bontang sesuai target. Sebab jika dikerjakan dengan skema KPBU, waktu pembangunan bertambah 2-3 tahun.
Pertamina menargetkan proyek revitalisasi serta kilang baru rampung pada 2025. Pada saat itu, kapasitas pengolahan minyak perseroan mencapai 2 juta barel per hari. Saat ini, kapasitas kilang terpasang hanya 1,1 juta per hari.
ROBBY IRFANY