TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) hingga September 2016 membukukan laba bersih sebesar US$ 2,83 miliar. Jumlah tersebut meningkat sekitar 209 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2015 sebesar US$ 914 juta.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, peningkatan laba secara signifikan tersebut disokong oleh peningkatan kinerja operasi dan efisiensi dari berbagai inisiatif dan langkah terobosan yang dilakukan perusahaan.
Selain dari sisi finansial, Pertamina juga memiliki tanggung jawab untuk memastikan energi selalu dalam kkndisi aman untuk ketahanan energi nasional.
"Pencapaian itu diraih karena selain meningkatkan kinerja operasi juga terjadi penurunan biaya sekitar 27 persen selama sembilan bulan terakhir tahun ini," ujar Dwi Soetjipto saat memberikan paparan di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta Pusat, Selasa, 8 November 2016.
Meski demikian, hingga kuartal III 2016 pendapatan Pertamina mengalami penurunan sekitar 16,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 31,09 miliar menjadi US$ 26,62 miliar. Menurut Dwi, penurunan pendapatan tersebut merupakan akibat dari penurunan harga minyak mentah.
Karena itu, untuk mengatisipasi penurunan laba Pertamina fokus memgimplementasikan lima pilar strategi prioritas perusahaan, yaitu dengan mengembangkan sektor hulu, melakukan efisiensi di semua lini, peningkatan kapasitas kilang dan petrochemical. Selain itu mereka juga melakukan efisiensi dalam hal pengembangan infrastruktur dan marketing, serta melakukan perbaikan struktur keuangan.
Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman mengatakan hingga September 2016, Pertamina telah melakukan efisiensi finansial sebesar hingga mencapai US$ 1,64 miliar.
"Langkah efisiensi masih terus kami teruskan, tapi dari segi bisnis bisa menjadi andalan untuk meningkatkan kinerja lebuh lanjut," ujar Arief.
Adapun efisiensi biaya operasi hulu sebesar US$ 834 juta menjadi penyokong utama yang memberikan dampak finansial besar bagi perusahaan.
Di samping inovasi-inovasi pemasaran produk dan layanan unggulan Pertamina, sentralisasi pengadaan hydrocarbon dan non-hydrocarbon, penekanan loses dari program pembenahan tata kelola arus minyak, inisiatif pengolahan, serta pemangkasan biaya operasi juga turut memberikan dampak finansial dalam pencapaian target.
DESTRIANITA