TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Daerah Istimewa Yogyakarta Teddy Karim mengungkapkan, pihaknya segera menggandeng banyak pengusaha lokal untuk mengembangkan sektor pariwisata medis yang bernilai miliaran rupiah. "Kita mengajak banyak pengusaha muda pemula untuk mengembangkan pariwisata medis di DIY. Nilainya cukup fantastis mencapai miliaran rupiah," ujarnya dalam diskusi Hipmi di Galeria Mall, di Yogyakarta, Selasa, 8 November 2016.
Bahkan, kata dia, di seluruh wilayah Indonesia terdapat sekitar 30 ribu jenis tumbuhan, dan 2.500 jenis di antaranya merupakan tanaman obat yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan penerimaan masyarakat dan negara. "Potensi tersebut merupakan modal yang kuat untuk menjadikan Indonesia sebagai basis industri obat herbal dan berbagai jenis jamu," katanya.
Selain tanaman obat, tambah Teddy, Indonesia memiliki berbagai jenis tata cara pengobatan dan perawatan tubuh secara tradisional yang sudah tersohor. "Perlu diatur dan ditingkatkan pengembangan tata cara pengobatan dan perawatan masyarakat, seperti spa dan akupuntur. Ini merupakan sebuah potensi untuk memoles pariwisata medis menjadi lebih menarik bagi pasien asing," tuturnya.
Ia mencontohkan, nilai pariwisata medis tersebut sangat signifikan untuk dikembangkan di DIY, sebab DIY merupakan salah satu daerah tujuan wisata favorit di Indonesia. Pariwisata medis, kata Teddy, dapat meliputi beberapa fasilitas, di antaranya spa, akupuntur, penggunaan produk jamu tradisional, dan pengobatan tradisional dengan menggunakan produk herbal. Lalu, penyediaan fasilitas pariwisata medis lainnya seperti layanan pijat tradisional yang mayoritas menggunakan ramuan herbal dari alam sekitar.
Ia mengasumsikan, jika biaya pariwisata dengan fasilitas di atas per orang mencapai sekitar Rp 200 ribu, dan 25-50 persen wisatawan menggunakan pariwisata medis, dan dengan tingkat kunjungan wisata domestik dan mancanegara ke DIY setiap bulannya mencapai 369.176 orang, maka terdapat sekitar 184.600 wisatawan yang menikmati pariwisata medis.
Artinya, setiap bulan penerimaan masyarakat di usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sektor pariwisata medis, mencapai Rp 18,46-36,92 miliar per bulan. Bahkan dalam setahun, bisa menghasilkan Rp 221,52-443,04 miliar. "Ini angka yang sangat besar," kata Teddy memaparkan.
Selain itu, kata Teddy, penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar pun akan bertambah signifikan, baik sebagai tenaga pelayan maupun sebagai petani yang mengembangkan produk-produk herbal tersebut.
ANTARA