TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan infrastruktur adalah bisnis yang menarik. Sebab, kebutuhan akan infrastruktur di setiap negara akan selalu berubah setiap waktu.
"Ini bisnis menarik bagi siapa saja," kata Kalla, saat menjadi pembicara kunci di acara ASEAN G2K Infrastructure Investment Forum di hotel Shangri-La, Jakarta, Selasa, 8 November 2016.
Kalla menambahkan, pembangunan infrastruktur adalah pekerjaan yang dinamis dan tidak akan pernah selesai. Sebab seiring waktu semua kondisi berubah, misalnya perkembangan penduduk, teknologi, maupun ekonomi. Pembangunan infrastruktur akan terus berjalan di negara mana pun.
Kalla mencontohkan, dulu pada 1950-an, mempunyai jalan batu dua jalur masyarakat cukup bahagia. "Beberapa puluh tahun kemudian, tidak puas kita kalau bukan jalan tol atau high way enam lines," ucapnya.
Dulu masyarakat merasa cukup dengan kereta api berkecepatan 100 kilometer per jam, kini kecepatan yang diharapkan adalah 300 km per jam. "Dulu pesawat terbang cukup pesawat kecil, sekarang mau big body. Itu akan berlanjut terus-menerus kebutuhan itu."
Baca: Badan Kebijakan Fiskal Pertimbangkan Asuransi Pengangguran
Untuk itu, menurut Kalla, sektor infrastruktur adalah peluang yang bagus buat para investor. Apalagi dengan kebutuhan biaya yang besar, pemerintah tidak mempunyai dana yang cukup untuk membiayai semua infrastruktur. Yang bisa dilakukan pemerintah adalah membuka peluang bagi investor untuk masuk ke proyek-proyek infrastruktur.
Jika pada 1960-1980-an, infrastruktur adalah proyek layanan publik (public service) yang dilakukan pemerintah, kini infrastruktur menjadi industri atau bisnis. "Maka pemerintah membagi bisnis ini ke dunia usaha, di samping memang pemerintah tentu tidak cukup dana untuk itu semuanya," kata Kalla. Menurut dia, melibatkan swasta itu dilakukan melalui pembiayaan oleh swasta.
Besarnya peluang bisnis ini bisa tergambar dengan kebutuhan infrastruktur di kawasan. Dalam konteks ASEAN, kata Kalla, penduduk negara-negara Asia Tenggara saat ini mencapai 600 juta jiwa; dengan dua ciri negara, yaitu negara kepulauan dan negara daratan.
Kondisi ini membutuhkan konektivitas antarnegara untuk mendukung lalu lintas transportasi maupun logistik, sehingga arus barang menjadi lebih efisien. "Karena kalau suatu negara punya pelabuhan dan negara lain tidak punya, maka tentu sulit untuk berbagi," kata Kalla.
Simak: Kereta Bandara Diberangkatkan Setiap 15 Menit Sekali
Indonesia Infrastruktur Week akan berisi pameran dan konferensi. Acara akan berlangsung pada 9-11 November 2016 di Jakarta Convention Center. Acara menghadirkan 600 peserta pameran dari 37 negara. Mereka menampilkan berbagai produk dan teknologi bagi industri infrastruktur, konstruksi, dan telekomunikasi.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Rosan Roeslani berharap acara yang digelar Kadin, pemerintah Indonesia, dan Sekretariat ASEAN ini bisa membantu pemerintah dalam mencapai target pembangunan infrastruktur. "Pembangunan infrastruktur adalah salah satu fokus utama yang ingin dikejar pemerintahan Jokowi-JK," kata Rosan.
AMIRULLAH