TEMPO.CO, Jakarta - Rupiah diperkirakan masih bergerak melemah hingga Rp 13.080-13.110 per dolar Amerika Serikat dibandingkan kondisi kemarin yang bertengger di level Rp 13.050 per dolar Amerika. Pelemahan itu salah satunya dipicu faktor domestik, yaitu kekhawatiran dari demonstrasi besar-besaran oleh anggota organisasi masyarakat (ormas) Islam dari seluruh penjuru Indonesia, yang berpusat di Jakarta, hari ini.
Aksi demonstrasi itu menuntut pengusutan dugaan penistaan agama yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. "Namun pelemahan ini diprediksi bersifat sementara karena faktor yang mempengaruhi adalah faktor di luar fundamental ekonomi," ujar ekonom dari Bank Permata, Josua Pardede, saat dihubungi, Jumat, 4 November 2016.
Pelemahan kurs yang bersifat sementara ini, menurut Josua, bisa berbalik kembali ke penguatan rupiah di masa mendatang. “Sejalan dengan fundamental ekonomi dalam negeri yang semakin membaik.”
Josua menyebutkan antisipasi kecemasan terhadap demonstrasi juga sudah terlihat dari perilaku pelaku pasar. "Mereka cenderung waspada sehingga memang terlihat aksi jual di pasar saham dan juga obligasi sehingga berdampak pada pelemahan rupiah," katanya.
Pada perdagangan kemarin rupiah ditutup melemah 0,15 persen ke level Rp 13.075 per dolar Amerika. Sedangkan indeks harga saham gabungan (IHSG) juga terkoreksi 1,41 persen ke level 5.329,50.
Pelemahan indeks itu, kata Josua, juga didorong sentimen risk aversion di pasar global, khususnya terkait dengan meningkatnya ketidakpastian pemilihan Presiden Amerika. Berdasarkan pooling terakhir dari surat kabar Amerika, menyatakan Donald Trump dari Partai Republik unggul tipis terhadap Hillary Clinton dari Partai Demokrat.
Hal ini kemudian memicu kekhawatiran pasar global khususnya pasar negara berkembang. "Sehingga mendorong investor untuk beralih ke aset safe haven seperti US Treasury dan dolar AS," kata Josua.
Selain sentimen risk off yang terjadi di pasar Asia, pelaku pasar pun cenderung mencermati rilis data tenaga kerja Amerika yang akan berpengaruh pada keputusan suku bunga acuan Bank Sentral AS (Fed Funds Rate) dalam rapat Desember mendatang.
GHOIDA RAHMAH