TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) ingin meningkatkan produksi minyak mentah dari saat ini sebanyak 600 ribu barel per hari menjadi 1,9 juta barel per hari. Direktur Pertamina Dewi Soetjipto mengatakan Pertamina juga ingin kapasitas kilang minyak meningkat dari 800 ribu barel per hari menjadi lebih dari 2 juta barel per hari. "Pada akhirnya, kita harus bisa mandiri di sektor energi," katanya dalam Forum BUMN di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Kamis, 3 November 2016.
Dwi menambahkan konsumsi bahan bakar minyak nasional mencapai 1,6 juta barel per hari. Namun, kapasitas kilang minyak yang dimiliki pemerintah hanya sebesar 800 ribu barel per hari. "Wajar kalau BBM kita 50 persennya impor. Kebutuhan untuk impor minyak mencapai US$ 80 juta per hari," ucapnya.
Selain itu, kata Dwi, kilang-kilang minyak yang dimiliki pemerintah juga sebagian besar merupakan kilang-kilang tua. Akibatnya, harga pokok kilang tinggi sehingga tidak bersaing dengan impor. "Ketika akan membangun kilang, kami juga dihadapkan pada isu bahwa kilang itu mahal dan tidak ekonomis."
Baca: Rusia Tingkatkan Kerjasama Militer Indonesia
Menurut Dwi, produksi minyak Pertamina saat ini hanya mencapai 24 persen dari produksi minyak nasional. "Padahal, produksi minyak mentah national oil company (NOC) negara lain bisa jauh lebih tinggi," katanya.
Menurut Dwi, NOC Arab Saudi memegang 99 persen produksi minyak nasional di negaranya, NOC Cina 93 persen, NOC Aljazair 78 persen, dan Malaysia memegang 50 persen. "Tapi Pertamina hanya 24 persen. Padahal dulu, Petronas (NOC Malaysia) belajar dari Pertamina. Ini kondisi yang benar-benar kita hadapi," ucapnya.
Baca: PLN Minta Kejaksaan Kawal Proyek Listrik Mangkrak
Dwi mengatakan selain sebagai korporasi, Pertamina juga memiliki tugas negara. Pertamina, merupakan alat negara untuk mengelola energi bagi kesejahteraan rakyat. "Tema yang kami bangun adalah mewujudkan kemandirian energi, terutama dengan mengatasi kekurangan di upstream dan kekurangan di kilang."
ANGELINA ANJAR SAWITRI