TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno mempertanyakan anggapan negatif beberapa pihak ihwal pembentukan holding BUMN. "Kenapa holding dipermasalahkan? Pertamina itu, tanpa PGN masuk, sudah holding," katanya di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Kamis, 3 November 2016.
Pembentukan holding, menurut Rini, dapat membantu BUMN memperkuat permodalan tanpa memberatkan APBN. "Sebesar-besarnya BRI, nomor berapa di ASEAN? Kita kalah karena permodalan perbankan kurang kuat. Dengan holding, BUMN bisa mencari pembiayaan untuk meningkatkan modal," ucapnya.
Rini menambahkan, dengan pembentukan holding, efisiensi akan meningkat. Namun, efisiensi tersebut tidak terkait dengan pengurangan karyawan. "Misalnya, holding migas. Dengan PGN menjadi bagian dari Pertamina, itu akan mengefisienkan distribusi gas," katanya.
Baca: Terima Pungli, Direktur Pelindo III Dipecat Menteri Rini
Selama ini, menurut Rini, distribusi gas dilakukan oleh PGN dan Pertagas yang merupakan anak perusahaan Pertamina. Karena itu, dalam satu jalur distribusi, terdapat dua pipa, yakni pipa milik PGN dan pipa milik Pertagas. "Kalau pipa satunya bisa dipindah ke tempat lain, jalur distribusi bisa lebih panjang."
Rini juga memberikan contoh pembentukan holding perbankan. Dengan holding bank-bank milik negara, mesin ATM dapat menjangkau lebih banyak titik. "BRI punya 22 ribu, BNI 12 ribu, Mandiri 20 ribu. Kalau dijumlahkan lebih dari 50 ribu. Nantinya, BRI yang awalnya cuma ada di 22 ribu titik, bisa menjadi 50 ribu titik."
Simak: BUMD Jawa Timur Ingin Kelola Migas Blok Tuban
Saat ini, Kementerian BUMN tengah menggodok pembentukan holding BUMN. Akan terdapat enam sektor yang akan dibentuk holding. Keenam sektor itu adalah pertambangan, minyak-gas, perumahan, infrastruktur, jasa keuangan, dan pangan. Targetnya, keenam holding itu akan rampung tahun ini.
ANGELINA ANJAR SAWITRI