TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia mencatat terjadi perlambatan pertumbuhan kreddit perbankan dan kontraksi operasi keuangan pemerintah pusat. Hal tersebut memicu likuiditas perekonomian uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh melambat per September 2016.
“Pertumbuhan M2 pada September 2016 tercatat sebesar 5,1 persen (year on year) atau lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 7,8 persen (yoy),” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara, seperti dikutip dari siaran pers, Senin, 31 Oktober 2016.
Tirta menjelaskan, posisi kredit yang disalurkan perbankan pada akhir September 2016 tercatat sebesar Rp 4,243 triliun atau tumbuh 6,4 persen (yoy) atau lebih rendah dibandingkan Agustus 2016 yang tumbuh sebesar 6,8 persen (yoy).
Sementara itu, kontraksi operasi keuangan pemerintah pusat, kata dia, tercermin dari meningkatnya simpanan pemerintah pusat di Bank Indonesia yang tumbuh 55,6 persen (yoy). Menurut dia, ini berkebalikan dengan bulan September yang turun sebesar -0,5% (yoy). "Kenaikan simpanan tersebut sejalan dengan penerimaan dana tebusan tax amnesty," ujar Tirta.
Berdasarkan komponennya, kata Tirta, perlambatan pertumbuhan M2 bersumber dari komponen M1, uang kuasi dan surat berharga selain saham yang masing-masing tumbuh 5,9 persen; 5 persen dan -35,8 persen. “Ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,6 persen, 7,0 persen, dan -9,9 persen," tuturnya.
Baca Juga:
Lebih jauh, Tirta mengungkapkan, suku bunga kredit dan simpanan perbankan kembali turun pada September 2016. "Sejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter," ujarnya. Suku bunga kredit turun menjadi 12,23 persen dari 12,31 persen pada Agustus 2016.
Tirta menjelaskan suku bunga simpanan berjangka tenor 1, 3, 6, dan 12 bulan, masing-masing turun dari 6,67 persen; 6,94 persen; 7,41 persen; dan 7,74 persen pada Agustus 2016. Angka tersebut turun masing-masing menjadi 6,63 persen; 6,84 persen; 7,31 persen; dan 7,66 persen pada September 2016.
ARKHELAUS W.