TEMPO.CO, London - Masa depan Deutsche Bank akan diputuskan setelah hasil kuartal ketiganya dirilis Jumat besok. Apabila hasil kuartal III buruk, menurut para analis, hal tersebut dapat memicu terjadinya krisis keuangan global baru sekaligus penyuntikan dana atau bailout oleh pemerintah Kanselir Angela Merkel.
Seperti dilansir kantor berita Express, Kamis, 27 Oktober 2016, para analis memperingatkan bahwa frekuensi perdagangan yang begitu besar akibat mekanisasi dapat menimbulkan hantaman yang serius bagi perbankan. Hal itu akan berefek pada bank-bank dan akan mengenai aset berisiko perusahaan perbankan tersebut.
Deutsche Bank, yang merupakan bank perkreditan terbesar di Jerman, pun ikut terpukul. Bank yang berpusat di Frankfurt tersebut mengalami penurunan nilai perusahaan hingga 52 persen hanya dalam kurun waktu setahun. Saat ini, Deutsche Bank tengah berjuang menghadapi krisis dalam perusahaannya itu.
Deutsche Bank telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran setelah Departemen Kehakiman Amerika Serikat menjatuhkan denda kepada bank itu sebesar 11,4 miliar pound sterling atau sekitar Rp 161,83 triliun karena menjual subprime mortgage yang menyebabkan krisis keuangan di Amerika Serikat pada 2008.
Dekan London Academy of Trading, Paddy Osborn, mengatakan investor-investor tahu cara menghadapi ini. Ketika situasi memburuk dan kondisi pasar menurun karena pengaruh psikologis, mereka akan meningkatkan volatilitas.
Senior Market Strategist Spread Co David Morrison menilai masih terdapat kekhawatiran yang serius atas tingginya kecepatan dan volume perdagangan.
Menurut Morrison, hal tersebut dapat menggoyahkan pasar pada saham individual, indeks, ataupun mata uang. "Deutsche Bank akan kesulitan dalam waktu yang lama," tuturnya.
EXPRESS | ANGELINA ANJAR SAWITRI