TEMPO.CO, Jakarta - Kondisi pasar saham global yang kurang kondusif semalam dan sejumlah isu rilis laba kuartal III emiten sektoral akan mewarnai psikologis pasar dalam perdagangan hari ini. Harga minyak mentah yang terkoreksi akan turut mempengaruhi sentimen atas pergerakan harga saham sektor berbasis komoditas.
Analis ekonomi dari First Asia Capital, David Sutyanto, memperkirakan indeks harga saham gabungan atau IHSG akan rawan melanjutkan pelemahannya. Diperkirakan IHSG akan bergerak di support 5.380 hingga resistan di angka 5.430. "IHSG pada perdagangan hari ini diperkirakan akan bergerak bervariasi dalam rentang konsolidasi rawan koreksi lanjutan," ujarnya dalam pesan tertulis, Rabu, 26 Oktober 2016.
Perdagangan saham kemarin berlangsung bervariasi dalam rentang konsolidasi. IHSG sempat bergerak di teritori positif, tapi sentimen pasar kembali berbalik arah ke teritori negatif. IHSG akhirnya ditutup terkoreksi 23,17 poin (0,43 persen) di angka 5.397,82.
Menurut David, pelemahan itu diwarnai sentimen pemodal yang mengkhawatirkan pencapaian laba kuartal III 2016 sejumlah emiten sektoral setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga tahun ini akan lebih rendah daripada pertumbuhan pada kuartal kedua sebelumnya yang mencapai 5,18 persen dibanding tahun lalu.
Kekhawatiran pasar atas prospek pertumbuhan ekonomi tahun depan juga meningkat setelah pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat menyepakati pertumbuhan ekonomi tahun depan hanya 5,1 persen turun dari perkiraan sebelumnya 5,3 persen. "Hal ini memicu kekhawatiran akan pertumbuhan laba emiten sektoral tahun depan," katanya.
Wall Street tadi malam bergerak fluktuatif dalam rentang terbatas ditutup di teritori negatif. Indeks DJIA dan S&P masing-masing terkoreksi 0,30 persen dan 0,38 persen di level 18.169,27 dan 2.143,16. Koreksi di Wall Street terutama dipicu respons negatif atas sejumlah rilis laba kuartal III emiten sektoral yang kurang menggembirakan. Harga minyak mentah di Amerika Serikat yang drop 2,4 persen ke level US$ 49,30 per barel turut menekan pasar saham.
DESTRIANITA K